"Ikhwan-ikhwan sekarang payah, kalau cari akhwat pasti maunya yang cantik" ujar seorang teman. "Saya hanya tersenyum saja menanggapinya"
Tapi kata-kata itu terpikirkan juga oleh saya, "Apakah benar adanya, ikhwan-ikhwan sekarang seperti itu?" Yah… apa pun alasan mereka, saya yakin sebagai seorang yang sudah ‘tarbiah’ mereka tau dan paham kriteria apa yang harus mereka gunakan dalam memilih pasangan.
Saya selalu mengarifi, bahwa tidak selamanya parameter-parameter fisik saja yang menjadi alasan bagi seseorang untuk mencintai pasangannya. Ini berarti, kelebihan parameter-parameter fisik yang dianugerahkan ALLAH kepada kita, harus kita topang dengan kecantikan dan ketulusan budi. Ustadz Anis Matta mengistilahkannya sebagai "Pesona Kematangan". Dan menurut saya pesona inilah yang sangat membantu lahirnya kesejatian cinta.
"Para pencinta sejati tidak memancarkan pesonanya dari ketampanan dan kecantikannya, atau kekuasaan dan kekayaannya, atau popularitas dan pengaruhnya", tulis Anis Matta dalam rubik Thumuhat Tarbawi edisi 103. Pesona mereka memancar dari kematangan mereka. Mereka mencintai maka mereka meberi. Mereka kuat. Tapi kekuatan mereka menjadi sumber keteduhan jiwa orang-orang yang dicintainya. Mereka berisi dan sangat independen. Tapi mereka tetap merasa membutuhkan orang lain dan percaya bahwa hanya melalui mereka ia bertumbuh dan bahwa pada orang-orang itulah pemberian mereka menemukan konteksnya. Kebutuhan mereka pada orang lain bukan sebentuk ketergantungan. Tetapi lahir dari kesadaran mendalam tentang keterbatasan manusia dan keniscayaan interdependensi manusia".
Saya jadi teringat dua hal …
Pertama, saya jadi teringat kembali tentang kisah agung yang tertulis dalam Siroh Nabawiyah. Bahwa ibunda kaum mukminin, Khadijah r.a. yang kaya raya itu terpesona pada Muhammad SAW, seseorang yang bekerja padanya. Terpesona oleh keluhuran dan kecnatikan pribadinya. Begitu juga dengan ibunda Khadijah r.a., beliau juga mampu menghadirkan pesona kematangannya kepada Nabi Muhammad SAW.
"Pesona inilah yang dipancarkan Khadijah kepada Muhammad. Maka selisih umur tidak sanggup menghalangi pesona kedunya. Pesona Khadijah menembus jiwa Muhammad. Pesona kematangan itu pula yang membuat beliau enggan menikah lagi bahkan setelah Khadijah wafat "Siapa yang bisa menggantikan Khadijah?", tanya Rasulullah SAW. ketika beliau ditanya tentang cintanya kepada Khadijah, ia menjawab, "Cinta itu di karuniakan ALLAH kepadaku". (Anis Matta)
Kedua, saya diingatkan oleh sebuah sms yang dikirim seorang teman; "Seseorang akan menjadi berarti di mata kita, jika kita sendiri yang memberi arti dan makna kepadanya". Setelah membaca sms ini saya berpikir dan langsung setuju, memang benar bahwa sempurna tidaknya seseorang di mata kita tergantung pada seberapa besar kita mau dan mampu memberikan makna padanya, karena kesempurnaan itu memang hampa adanya. * * *
"…jangan pernah bermimpi mencari pasangan yang ideal, tapi carilah pasangan yang tepat. Kita tidak sedang berpikir mencari istri/suami unggul. carilah istri/suami yang tepat dengan bingkai kita, dengan kepribadian kita …"
(Anis Matta ; Sebelum Anda Mengambil Keputusan Besar itu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar