dakwatuna.com - “Dakwah itu adalah sebuah kebaikan…namun terkadang kalah oleh karena kita tak berfikir visioner”
Visioner adalah padanan kata yang tepat itu menempatkan gerakan dakwah di berbagai ranah kehidupan. Mengapa? Karena tanpa pemikiran yang visioner, gerakan dakwah itu hanya akan bertahan sebentar sekali dalam area yang dimasukinya. Apakah itu yang kita inginkan? tentu sama sekali tidak.
Pagi tadi ketika sedang berkunjung ke sebuah sekolah umum dan berbincang-bincang dengan guru-guru, di tengah perbincangan kami salah satu guru tersebut mengatakan:
“Aneh tetangga saya yang baru lulus kemarin, sekarang sedang kuliah kemarin menikah.” Guru lain menanggapi: Pacaran tidak?
Ibu itu menjawab: “Tidak!! Langsung nikah.” Kemudian ibu tadi bicara: “Hm…Jelas itu mah masuk “aliran” yang gak mau pacaran, oh yang perempuannya pake jilbab yang lebar ya? Hmm..ya kayaknya aliran itu tuh.” Jawab guru yang pertama menimpali.
Wahai saudara/i…ku pejuang dakwah dan mencintai Allah swt. dan Rasul saw. dengan ikhlas..itulah gambaran jelas yang terjadi di masyarkat…
Dalam hiruk pikuk film-film Islam, novel-novel Islami dan juga buku-buku Islami ternyata belum mampu mensibghoh masyarakat dengan utuh.. baru sebatas ada “alternatif”.
Inilah sebenarnya tugas da’i dan da’iyah di belahan bumi manapun, karena masyarakat itu butuh sentuhan langsung. Maka akan salah sekali jika para da’i dan da’iyah itu menjadikan indikator keberhasilan itu ketika yang terlihat adalah kuantitas yang begitu banyak tanpa kemudian melupakan tugas selanjutnya bagaimana agar menjadi berkualitas.
Yang sering terjadi di tataran grass root adalah para punggawa dakwah itu menjadi semakin elitis, sehingga objek dakwah kita hanyalah menjadi sekedar kue biasa yang dimakan kemudian tidak berbekas dalam ingatan mereka.
Padahal seharusnya analogi kue itu jika ada pengemasan yang baik seperti distribusi yang rapi dan mendekat dan juga kemasan kue yang diberikan dalam bentuk baik, kemudian senyum-senyum yang manis dari sang pengantar kue maka akan lain ceritanya.
Sekali lagi, objek dakwah itu butuh sentuhan langsung bukan bersikap elitis.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Hasyr:18
Ayat ini mengingatkan bahwa strategi kemenangan itu letaknya pada sebuah perencanaan yang visioner dengan balutan taqwa dalam setiap langkah pencapaian. Maka tak ada lagi logika retorika, semua yang harus ada adalah ketika retorika berbanding lurus dengan perbuatan.
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” As-Shaff:2-3
Jangan menyerah saudara-saudariku… Lanjutkan perjuangan para Nabi, dengan perencaaan visioner.
sumber : http://www.dakwatuna.com/2009/07/3272/dakwah-itu-visioner/
Visioner adalah padanan kata yang tepat itu menempatkan gerakan dakwah di berbagai ranah kehidupan. Mengapa? Karena tanpa pemikiran yang visioner, gerakan dakwah itu hanya akan bertahan sebentar sekali dalam area yang dimasukinya. Apakah itu yang kita inginkan? tentu sama sekali tidak.
Pagi tadi ketika sedang berkunjung ke sebuah sekolah umum dan berbincang-bincang dengan guru-guru, di tengah perbincangan kami salah satu guru tersebut mengatakan:
“Aneh tetangga saya yang baru lulus kemarin, sekarang sedang kuliah kemarin menikah.” Guru lain menanggapi: Pacaran tidak?
Ibu itu menjawab: “Tidak!! Langsung nikah.” Kemudian ibu tadi bicara: “Hm…Jelas itu mah masuk “aliran” yang gak mau pacaran, oh yang perempuannya pake jilbab yang lebar ya? Hmm..ya kayaknya aliran itu tuh.” Jawab guru yang pertama menimpali.
Wahai saudara/i…ku pejuang dakwah dan mencintai Allah swt. dan Rasul saw. dengan ikhlas..itulah gambaran jelas yang terjadi di masyarkat…
Dalam hiruk pikuk film-film Islam, novel-novel Islami dan juga buku-buku Islami ternyata belum mampu mensibghoh masyarakat dengan utuh.. baru sebatas ada “alternatif”.
Inilah sebenarnya tugas da’i dan da’iyah di belahan bumi manapun, karena masyarakat itu butuh sentuhan langsung. Maka akan salah sekali jika para da’i dan da’iyah itu menjadikan indikator keberhasilan itu ketika yang terlihat adalah kuantitas yang begitu banyak tanpa kemudian melupakan tugas selanjutnya bagaimana agar menjadi berkualitas.
Yang sering terjadi di tataran grass root adalah para punggawa dakwah itu menjadi semakin elitis, sehingga objek dakwah kita hanyalah menjadi sekedar kue biasa yang dimakan kemudian tidak berbekas dalam ingatan mereka.
Padahal seharusnya analogi kue itu jika ada pengemasan yang baik seperti distribusi yang rapi dan mendekat dan juga kemasan kue yang diberikan dalam bentuk baik, kemudian senyum-senyum yang manis dari sang pengantar kue maka akan lain ceritanya.
Sekali lagi, objek dakwah itu butuh sentuhan langsung bukan bersikap elitis.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Hasyr:18
Ayat ini mengingatkan bahwa strategi kemenangan itu letaknya pada sebuah perencanaan yang visioner dengan balutan taqwa dalam setiap langkah pencapaian. Maka tak ada lagi logika retorika, semua yang harus ada adalah ketika retorika berbanding lurus dengan perbuatan.
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” As-Shaff:2-3
Jangan menyerah saudara-saudariku… Lanjutkan perjuangan para Nabi, dengan perencaaan visioner.
sumber : http://www.dakwatuna.com/2009/07/3272/dakwah-itu-visioner/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar