Senin, 13 Juni 2011

Tujuh Tahapan Dakwah Fardiyah

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”
(Fushshilat : 33)

“Sungguh sekiranya Allah memberikan hidayah kepada seseorang lantaran dakwahmu, itu lebih baik daripada terbitnya matahari”

(Ada yang menyebutkan lebih baik dari dunia dan seisinya atau pun unta merah)
-al-Hadits-

Hal pertama dan yang paling utama “DISANDANG OLEH SEORANG DA’I” adalah ikhlash. Ada sebuah taujih berbunyi: “Potret da’wah wajah da’i, potret ummat wajah da’wah”. Intinya dalam berda’wah - dalam bentuk dakwah apa pun - ikhlash itu nomor satu. Karena taufik, hidayah dan berkah Allah tergantung padanya.

Dakwah Fardiyah berarti da’wah secara interpersonal dan intens terhadap seseorang. Tetapi tidak mesti man-to-man alias bisa beberapa orang sekaligus menakwahkan 1 orang. Agar tercipta hubungan yang erat dengan saudara/i kita tersebut secara fikriyah (nashrul fikroh) dan qalb, dakwah fardiyah memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui agar mencapai tujuannya :

1. Membina hubungan dan mengenal setiap orang yang hendak dida’wahi. Tak kenal maka ta’aruf (saling mengenal) – tafahum (saling memahami) – ta’awun (saling menolong) – takaful (saling menanggung) hingga itsar (saling mendahulukan dalam kebaikan).

Di sekitar Arsy ada menara-menara dari cahaya, Di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya dan wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para nabi dan syuhada. Tetapi para nabi dan syuhada iri pada mereka. Ketika ditanya para sahabat, Rasulullah SAW menjawab “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah dan saling kunjung karena Allah” (HR. Tirmidzi)

2. Membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa. Setiap orang diberi fitrah oleh Allah untuk mencari kebenaran, eksistensi Tuhan, dan Islam dalam dirinya. Hal ini bisa datang dari mana pun, tinggal bagaimana kepekaan kita menangkap gejala dari orang-orang yang telah tersentuh cahaya Ilahi ini kemudian mencari celah untuk masuk.

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran : 191)

Setelah itu bagaimana upaya kita mengarahkan keimanan mereka ke jalan yang insya Allah menuju keselamatan dunia & akhirat. Makanya kita pun harus memiliki pemahaman yang benar soal keimanan ini (salimul aqidah atau aqidah yang lurus).

3. Membantu memperbaiki keadaan dirinya dengan mengenalkan perkara2 yang bernuansa ketaatan kepada Allah dan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan. Yaitu dengan memberikan pemahaman bahwa beriman itu belum cukup jika tidak beramal, dan beramal itu akan cacat jika tidak berilmu. Jadi kita bantu mereka untuk memperoleh ilmu yang benar mengenai aqidah, ibadah, akhlak dsb.

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Mujaadilah : 11)

4. Menjelaskan tentang pengertian ibadah secara syamil (menyeluruh) mencakup segala aspek kehidupan dengan al ikhlash was shawab atau niat yang lurus karena Allah serta mengikuti tuntutan rasulullah. Niat seperti yang tertuang dalam Hadits Arba’in yang pertama tulisan Imam Nawawi,

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsi ‘Umar Ibn Khatab r.a katanya ; Aku mendengar Rasulullah saw berkata : “Hanya segala amal dengan niat dan hanya bagi tiap-tiap seorang apa yang dia niatkan.Maka barang siapa hijrahnya kerana Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya.Dan barangsiapa hijrahnya bagi dunia yang dia akan memperolehinya atau perempuan yang dia ingin mengahwininya, maka hijrahnya kepada apa yang dikehendakinya”

5. Ke-beragama-an kita tidak cukup hanya dengan keislaman kita sendiri. Ibaratnya surga itu terlalu luas untuk kita sendirian. Jadi, kita perlu menyeru orang untuk menyeru atau memushlihkan orang. Namun, jangan sampai kita hanya menjadi calo-calo kebaikan yang hanya memberikan tiket tanpa benar-benar ingin pergi ke tujuan itu sendiri. Kembali ke awal, ikhlash, lillahi ta’ala. Selain itu Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia bukan dari golongan mereka”.

6. Kewajiban tegaknya kekhalifahan tak mungkin ditunaikan secara individu. Inilah pentingnya berjamaah (Bisa dibaca buku : Beginilah Jalan Da’wah Mengajari Kami, M. Lili Nur Aulia). Sesuai kaidah syariah : “Suatu kewajiban tidak dapat sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib pula.”

7. “Dengan jamaah mana ia akan bergabung?” Ini menarik. Memilih jamaah berarti memilih jalan terbaik yang benar-benar menuju keselamatan. Hal ini terkait amal Islami yaitu prinsip dan asasi. Jalan terbaik ialah jalan yang mengikuti tuntunan Rasulullah saw dalam menegakkan daulah Islamiyah. Hal pertama yang harus ditegakkan untuk mencapainya adalah aqidah kemudian wihdah (persatuan), baru kekuatan tenaga dan senjata. Aqidah itu sendiri dibangun melalui proses tarbiyyah. Barang siapa tidak melaluinya dalam mempresatukan ummat, akan membahayakan amal Islami. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan itu dimulai dari bawah, mengokohkan pondasi. Dasar itulah yang akan dapat mendirikan sebuah negara Islami dan khilafah Islamiyah. Selain itu, jamaah yang perlu diikuti adalah yang sudah tertanzhim (terorganisasi) dengan baik dengan program yang teratur dan terencana sehingga mudah dijalankan.

Waallahu a’lam bishshawab…

Diresume dari 7 Tahapan Da’wah Fardiyah tulisan Syaikh Mustafa Mashyur

http://ronakhatulistiwa.wordpress.com/2009/07/08/7-tahapan-dawah-fardiyah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar