Islamedia - Kehadiran yang kontinyu (Istimror) dalam halaqoh adalah syarat utama pembentukan Pribadi Muslim yang Ideal. Tanpa kehadiran, sebuah halaqoh akan kehilangan jati dirinya sebagai sebuah Halaqoh, karena Secara bahasa Halaqoh artinya adalah Pertemuan, tiada pertemuan tanpa kehadiran.Oleh karenanya dapatlah disimpulkan bahwa jika kita rutin menghadiri halaqoh maka kita akan mendapatkan asupan - asupan yang fositip yang akan membentuk pribadi kita secara Ruhi (Rohani), Tsaqofi (wawasan Keislaman), Fikri (Pemikiran),da,awi ( dakwah) dll.
Lalu apakah kita tidak boleh absen (tak hadir) dalam kegiatan halaqoh.? Jawabannya , tentu saja boleh….! Asalkan ketidak hadiran kita dalam kegiatan halaqoh memiliki alasan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan (Syar’i), tidak mengada-ada ( alasan yang dibuat – buat untuk menutupi kemalasan atau kefuturan )
Mari kita cermati Ayat – ayat berikut mudah - mudahan dapat memotivasi kita untuk lebih memprioritaskan kehadiran kita dalam halaqoh.
وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ الْغَائِبِينَ
Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud , apakah dia termasuk yang tidak hadir.(Al-Quran 27 : 20 )
Lalu apakah kita tidak boleh absen (tak hadir) dalam kegiatan halaqoh.? Jawabannya , tentu saja boleh….! Asalkan ketidak hadiran kita dalam kegiatan halaqoh memiliki alasan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan (Syar’i), tidak mengada-ada ( alasan yang dibuat – buat untuk menutupi kemalasan atau kefuturan )
Mari kita cermati Ayat – ayat berikut mudah - mudahan dapat memotivasi kita untuk lebih memprioritaskan kehadiran kita dalam halaqoh.
وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ الْغَائِبِينَ
Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud , apakah dia termasuk yang tidak hadir.(Al-Quran 27 : 20 )
لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَاباً شَدِيداً أَوْ لَأَذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُّبِينٍ
Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya (IQOB) dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang". ( Al-Qur’an 27: 21)
فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِن سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.( 27:22 )
Tiga ayat diatas (An-naml : 20-22) dan ayat- ayat selanjutnya menceritakan kepada kita tentang dakwah nabi sulaiman yang membina bukan hanya kepada golongan manusia, tetapi beliau juga membina golongan jin, dan hewan, termasuk jenis burung (hud-hud), tatkala saatnya bertemu (halaqoh) Hud-Hud terlambat hadir (27:20) tanpa kabar ( belum ada Hp), maka nabi sulaiman sudah menyiapkan iqob (27:21) , Namun luar biasa ternyata keterlambatan hud-hud karena urusan dakwah (27:22 - dst).
Begitu pula pertemuan (halaqoh) dizaman Rasululloh Muhammad SAW, begitu sakralnya sampai ada kalimat penegasan bahwa orang yang meminta izin itulah orang yang Beriman kepada Alloh dan Rasulnya (Memiliki loyalitas yang tinggi), dua kali Alloh menyebut kalimat Amanu billahi warosulihi diawal ayat (Q.S.24 : 62) dan ditengah ayatnya Uwlaikalladzina yu’minuuna billahi warosulihi.cermati ayat dibawah ini.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِذَا كَانُوا مَعَهُ عَلَى أَمْرٍ جَامِعٍ لَمْ يَذْهَبُوا حَتَّى يَسْتَأْذِنُوهُ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَأْذِنُونَكَ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِذَا اسْتَأْذَنُوكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَن لِّمَن شِئْتَ مِنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mu'min ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan( Liqo Tarbawiyah), mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S.24 :62)
Meskipun sudah diberi hak untuk memberi izin (fa’dzan liman si’ta minhum) rasul diperintah oleh Alloh agar memintakan ampun untuk mereka yang minta izin (wastagfirlahumulloh) sebagai pesan agar kita tidak menyederhanakan , menyepelekan urusan ummat (‘ala amrin Jaami’).
Wallohu ‘alam
Ustadz Muhammad Ridwan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar