UST KAMAL FARUQI, Lc
Pertama kali yang harus ditanamkan pada diri umat dan putra-putri terbaik umat ini adalah kesadaran bahwa mereka adalah milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya (Innaa lillaahi wainnaa ilaihi raaji’uun). Juga, keberadaan mereka di dunia ini adalah untuk beribadah kepada-Nya dan dan tidak menserikatkan Dia dengan sesuatu apapun. Maka mereka harus menyatu dengan Islam dan hidup sesuai dengan syariah Islam sebagai konsekwensi keimanan mereka dan sebagai wujud sikap takwa mereka kepada-Nya. Allah SWT berfirman:Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang beriman dan tidak (pula) perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata. (Qs. al-Ahzab [33]: 36).
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Qs. at-Tahrim [66]: 6).
Masyarakat kaum muslimin hendaknya disadarkan bahwa keselamatan hidup itu adalah apabila mengikuti petunjuk-Nya dan tindakan cuek kepada syariat dan petunjuk Allah SWT akan membawa akibat yang fatal di akhirat kelak. Allah SWT berfirman:
Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan. (Qs. Thaha [20]: 123-126).
Bersegera Melaksanakan Syariah
Setelah kesadaran wajibnya hidup bersyariah, maka kesadaran yang juga harus ditanamkan dalam diri umat dan putra-putri terbaik umat ini bahwa mereka juga diseru untuk segera melaksanakan syariah dan bersegera memperjuangkan tegaknya syariah dalam kehidupan pribadi mereka, kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan bernegara. Allah SWT berfirman:
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Qs. Ali ‘Imran [3]: 133).
Rasulullah Saw bersabda:
Bersegeralah beramal sebelum datang berbagai fitnah laksana potongan-potongan hari yang gelap. (Saat itu) di pagi hari seseorang beriman tapi di sore harinya ia menjadi kafir. Di sore hari seseorang beriman tapi di pagi harinya ia kafir. Ia menjual agamanya dengan harta dunia. [HR. Muslim dari Abu Hurairah].
Perlu disadari bersama bahwa bersegera melaksanakan syariah bukanlah hal sulit apalagi mustahil. Sebab sesungguhnya sudah pernah ada orang-orang yang bersegera menuju ampunan Allah dan surga-Nya, serta bersegera melaksanakan berbagai amal shalih. Mereka dapat dijumpai di masa Rasulullah Saw dan di masa–masa sesudahnya. Umat senantiasa memuliakan mereka yang bergegas menyambut perintah Tuhannya dan mengorbankan diri mereka, semata-mata mencari ridha Allah. Berikut ini akan kami paparkan contoh-contoh kaum Muslim terdahulu yang senantiasa bergegas menyambut perintah Allah SWT.
Dalam hadits yang ditakhrij oleh Bukhari Muslim dari Jabir, diungkapkan:
Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Saw pada perang Uhud, “Bagaimana pandanganmu Ya Rasulullah Saw jika aku terbunuh saat ini? Dimanakah tempatku (setelah kematian)?” Rasulullah bersabda, “Engkau akan berada di surga.” Mendengar sabda Rasulullah Saw tersebut, maka laki-laki itu serta-merta melemparkan buah kurma yang ada di tangannya, kemudian ia maju untuk berperang hingga terbunuh di medan perang.
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Saruah, ia berkata:
Suatu saat aku shalat Ashar di belakang Nabi Saw di Madinah. Kemudia beliau Saw membaca salam dan cepat-cepat berdiri, lalu melangkahi pundak orang-orang yang ada di masjid hingga sampai ke sebagian kamar istrinya. Maka orang-orang pun merasa kaget dengan bergegasnya Nabi. Kemudian Nabi Saw keluar dari kamar istrinya menuju mereka. Nabi melihat para sahabat sepertinya merasa keheran-heranan karena bergegasnya beliau. Kemudian beliau Saw berkata, “Aku bergegas dari shalat karena aku ingat pada suatu barang yang masih tersimpan di rumah kami. Aku tidak suka jika barang itu menahanku, maka aku memerintahkan (kepada istriku) untuk membagi-bagikannya.”
Hadits ini memberi petunjuk kepada kaum Muslim agar bersegera dan cepat-cepat melaksanakan perkara yang telah diwajibkan Allah SWT. Bahkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari meriwayatkan dari Al-Barra disebutkan bahwa tatkala mendengar bahwa Nabi Saw mendapatkan perintah mengubah kiblat shalat dari arah Masjidil Aqsha menjadi menghadap ke Ka’bah maka kaum Anshar pun mengubah arah Kiblat mereka (menghadap ke Ka’bah) padahal mereka sedang ruku shalat Ashar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar