Berikut ini adalah lanjutan dari ceramah Hasan Al-Banna sebelumnya yang berjudul Pandangan Umum tentang Kitab Allah SWT (2).
***
Kitab Allah SWT juga datang untuk melindungi darah.
وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada qishashnya. (QS. Al-Maidah: 45)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَى بِالْأُنْثَى فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ * وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikut dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar diat kepada orang yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kalian dan suatu rahmat. Barangsiapa melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishash itu ada jaminan kelangsungan hidup bagi kalian, hai orang-orang yang berakal, supaya kalian bertaqwa. (QS. Al-Baqarah: 178-179)
Wahai Akhi, dalam Al-Qur'anul Karim terdapat undang-undang secara umum dan undang-undang multilateral.
وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ * وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا إِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَ * وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
Dan jika kalian mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah). Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian sendiri, dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya. (QS. Al-Anfal: 58-60)
Dalam Al-Qur'anul Karim juga terdapat aturan tentang perjanjian antarnegara,
إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
Kecuali orang-orang musyrikin yang kalian telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian) kalian dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kalian, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. (QS. At-Taubah : 4)
Fiqih Islam mempunyai keistimewaan dengan keakuratan pandangan, keluasan pembahasan, kelengkapan kajian, dan penjelasan hingga detail-detail praktis permasalahan.
Aqidah salimah, ibadah shahihah, khuluq fadhil, dan hukmun 'adil (keyakinan yang sehat, ibadah yang benar, budi pekerti yang luhur, dan hukum yang adil) adalah empat tiang yang menyangga bangunan Al-Qur'an. Al-Qur'anul Karim bertujuan mewujudkan keempat hal mendasar ini di dalam diri orang-orang yang beriman.
Selanjutnya, Ikhwan sekalian, saya akan menyampaikan komentar-komentar singkat mengenai hal ini.
Al-Qur'anul Karim tidak menggunakan gaya sebagaimana yang digunakan dalam buku-buku ilmiah, yaitu harus menyajikan masalah-masalah aqidah, ibadah, akhlak, dan hukum secara per bab.
Sebenarnya, kitab Allah SWT diturunkan sedemikian rupa dengan menggunakan gaya bahasa yang indah, yang andaikata tidak demikian niscaya tujuan Al-Qur'an justru tidak tercapai. Sebab, Al-Qur'an sama sekali tidak ditujukan untuk memberikan informasi ilmiah semata, untuk memenuhi kepala dan otak mereka dengan banyak atau sedikit teori ilmiah. Tetapi kitab Allah datang untuk mengasah jiwa, menyinari sisi-sisinya, dan menghilangkan penutup ruhani, agar ruh manusia ini bisa menjadi sumber ilmu itu sendiri, dan siap menerimanya dari Yang Mahabenar, Allah SWT.
Karena jiwa manusia merupakan kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi, maka aqidah adalah salah satu bentuk lahir dari jiwa ini, demikian pula akhlak. Ibadah juga merupakan salah satu dari sekian banyak pantulan dari kondisi kejiwaan. Hukum pada akhirnya juga ditujukan untuk mempengaruhi dan mengendalikan jiwa. Karena itu, seluruh hal ini datang dalam satu paket yang secara utuh dibutuhkan oleh jiwa, sehingga bisa mendatangkan pengaruhnya. Karena itu, wahai Akhi, dalam setiap fase, Al-Qur'an memadukan semua terapi ini, kemudian membaginya di setiap masa sesuai dengan situasinya.
Wahai Akhi, kadang-kadang Anda mendapati satu ayat mengandung keempat perkara ini secara keseluruhan. Misalnya,
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Dan orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, menegakkan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang K ami berikan kepada mereka. (QS. Al-Baqarah: 3)
Dengan gaya seperti ini, kitab Allah SWT bisa menghilangkan kejenuhan jiwa dan kekeringan ilmiah, dan sebagai gantinya ia membagi ilmu dalam masa-masa yang berbeda sehingga bisa sampai kepada tujuan yang dikehendakinya, tanpa berbenturan dengan akal manusia pada satu masa tertentu.
Ketika kaum salaf memandang Al-Qur'an seperti ini dan memahami tujuan-tujuannya yang berupa empat perkara ini lalu mengamalkannya, maka mereka pun berhasil memiliki aqidah yang salimah .
Rasulullah SAW pernah bertanya kepada salah seorang sahabat. "Bagaimana perasaanmu terhadap dirimu sendiri?" Ia menjawab, "Saya merasakan diri saja beriman kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya" Beliau bertanya, "Perhatikan, apa yang kamu katakan?" Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, seakan-akan saya melihat 'arsy Tuhanku berdiri, surga ada di sebelah kananku, neraka ada di sebelah kiriku, dan shirath berada di bawah kakiku." Rasulullah SAW bersabda, "Kamu sudah mengetahui, maka pertahankanlah."
Semakna dengan ini, ada seorang arif bijaksana mengatakan, "Andaikata hijab telah dibukakan untukmu, niscaya kamu merasakan akhirat sangat dekat kepadamu sehingga kamu tidak perlu melakukan perjalanan untuk ke sana."
Mereka juga memiliki ibadah yang shahih. Ikhwan sekalian, bukti bahwa mereka sangat berhasrat supaya ibadah mereka sempurna dan benar, adalah apa yang terjadi pada Abu Talhah. Ia biasa bekerja di kebun. Ia memperhatikan bahwa matahari telah berada di atas puncak pohon. Ia mencampakkan kapak dan bersegera pergi ke masjid. Ia mendapati shalat ashar di akhir waktu. Ia pergi seraya menangis mendatangi Rasulullah saw. Ia berkata, "Celakalah Abu Talhah, wahai Rasulullah. Kebun dan seluruh isinya telah kusedekahkan untuk Allah."
Adapun akhlak mereka, Ikhwan sekalian, sungguh berada di puncak kesempurnaan. Dikisahkan bahwa Sayidina Umar ra. mendapatkan kiriman pakaian dari Syam. Beliau membagikannya kepada kaum muslimin. Masih tersisa sebuah sorban istimewa, maka beliau bingung kepada siapakah akan memberikan sorban itu. Kemudian ia punya ide untuk memberikannya kepada Miswar bin Makhramah, seorang pemuda yang shalih. Ia berkata dalam hati, "Andaikata saya memberikan sorban ini kepadanya, kaum muslimin tidak akan marah." Pada saat shalat fajar, Miswar bin Makhramah berdiri di samping Sa'd bin Abi Waqash dengan mengenakan sorban hadiah itu. Melihat sorban Miswar lebih bagus daripada sorbannya, Sa'd marah. Ia berkata, "Demi Allah, akan kupukul wajah Umar dengannya." Lalu ia pergi menemui Umar dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, Anda telah melakukan ini dan itu (menceritakan sikap Umar yang dianggapnya tidak adil)." Umar menjawab, "Duduklah, wahai Abu Malik." Kemudian Umar menceritakan duduk perkaranya. Ia bertanya, "Andaikata kamu berada dalam posisiku, apakah yang akan kamu lakukan?" "Saya tidak akan melakukan selain apa yang engkau lakukan," jawab Sa'd. Kemudian Sa'd bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, bagaimana dengan sumpah yang telah kuucapkan?" Umar bertanya, "Sumpah yang mana?" "Tadi itu, ketika saya marah," jawab Sa'd. Umar menjulurkan wajahnya seraya berkata, "Tunaikanlah sumpahmu," lalu lanjutnya, "Hendaklah orang tua bersikap lembut kepada orang tua yang lain."
Ikhwan sekalian, inilah akhlak yang luhur. Sayidina Umar tidak marah, sedangkan Sayidina Sa'd mau koreksi diri. Umar bersikap rendah hati dan tidak terpancing emosi hingga semua berakhir dengan indah.
Adapun masalah hukum, cukuplah apa yang dikatakan Abu Bakar Ash-Shidiq, "Andaikata ada belenggu kaki unta yang hilang, niscaya aku temukan hukumnya dalam kitab Allah."
Karena itu, Allah mencukupi mereka dan menjadikan mereka pemimpin-pemimpin dunia dalam beberapa masa.
أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan, dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (QS. Al-Ahqaf: 16)
Adapun sekarang, aqidah kita sudah banyak karatnya, banyak cacatnya. Banyak di antara ibadah kita yang tidak mengantarkan kepada iman, sedikit sekali di antara orang yang melaksanakannya mampu melaksanakannya dengan baik. Akhlak kita hancur, sedangkan hukum kita, Anda tahu sendiri dari mana diambil.
Keempat pilar Al-Qur'an ini telah hancur pada diri kita. Kita memohon kepada Allah agar menolong dan memberikan taufiq-Nya kepada kita semua untuk mewujudkan keempat pilar ini, agar kita benar-benar menjadi umat qur'any sejati, yang menghalalkan apa yang dihalalkan Allah, mengharamkan apa yang diharamkan Allah, dan berhukum berdasarkan apa yang diturunkan Allah.
Inilah beberapa pembahasan yang terlintas dalam benak saya malam ini. Saya ingin menyampaikannya kepada Anda agar menjadi pandangan global tentang kitab Allah SWT dan agar menjadi penjelasan terbuka mengenai dakwah Ikhwanul Muslimin.
Semoga Allah memberikan taufiq kepada saya dan Anda semua untuk melaksanakan kebaikan dan menunjukkan jalan yang lurus. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad, kepada segenap keluarga dan sahabat beliau. [Sumber: Ceramah-ceramah Hasan Al-Banna]
***
Kitab Allah SWT juga datang untuk melindungi darah.
وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada qishashnya. (QS. Al-Maidah: 45)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَى بِالْأُنْثَى فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ * وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikut dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar diat kepada orang yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kalian dan suatu rahmat. Barangsiapa melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishash itu ada jaminan kelangsungan hidup bagi kalian, hai orang-orang yang berakal, supaya kalian bertaqwa. (QS. Al-Baqarah: 178-179)
Wahai Akhi, dalam Al-Qur'anul Karim terdapat undang-undang secara umum dan undang-undang multilateral.
وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ * وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا إِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَ * وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
Dan jika kalian mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah). Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian sendiri, dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya. (QS. Al-Anfal: 58-60)
Dalam Al-Qur'anul Karim juga terdapat aturan tentang perjanjian antarnegara,
إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
Kecuali orang-orang musyrikin yang kalian telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian) kalian dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kalian, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. (QS. At-Taubah : 4)
Fiqih Islam mempunyai keistimewaan dengan keakuratan pandangan, keluasan pembahasan, kelengkapan kajian, dan penjelasan hingga detail-detail praktis permasalahan.
Aqidah salimah, ibadah shahihah, khuluq fadhil, dan hukmun 'adil (keyakinan yang sehat, ibadah yang benar, budi pekerti yang luhur, dan hukum yang adil) adalah empat tiang yang menyangga bangunan Al-Qur'an. Al-Qur'anul Karim bertujuan mewujudkan keempat hal mendasar ini di dalam diri orang-orang yang beriman.
Selanjutnya, Ikhwan sekalian, saya akan menyampaikan komentar-komentar singkat mengenai hal ini.
Al-Qur'anul Karim tidak menggunakan gaya sebagaimana yang digunakan dalam buku-buku ilmiah, yaitu harus menyajikan masalah-masalah aqidah, ibadah, akhlak, dan hukum secara per bab.
Sebenarnya, kitab Allah SWT diturunkan sedemikian rupa dengan menggunakan gaya bahasa yang indah, yang andaikata tidak demikian niscaya tujuan Al-Qur'an justru tidak tercapai. Sebab, Al-Qur'an sama sekali tidak ditujukan untuk memberikan informasi ilmiah semata, untuk memenuhi kepala dan otak mereka dengan banyak atau sedikit teori ilmiah. Tetapi kitab Allah datang untuk mengasah jiwa, menyinari sisi-sisinya, dan menghilangkan penutup ruhani, agar ruh manusia ini bisa menjadi sumber ilmu itu sendiri, dan siap menerimanya dari Yang Mahabenar, Allah SWT.
Karena jiwa manusia merupakan kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi, maka aqidah adalah salah satu bentuk lahir dari jiwa ini, demikian pula akhlak. Ibadah juga merupakan salah satu dari sekian banyak pantulan dari kondisi kejiwaan. Hukum pada akhirnya juga ditujukan untuk mempengaruhi dan mengendalikan jiwa. Karena itu, seluruh hal ini datang dalam satu paket yang secara utuh dibutuhkan oleh jiwa, sehingga bisa mendatangkan pengaruhnya. Karena itu, wahai Akhi, dalam setiap fase, Al-Qur'an memadukan semua terapi ini, kemudian membaginya di setiap masa sesuai dengan situasinya.
Wahai Akhi, kadang-kadang Anda mendapati satu ayat mengandung keempat perkara ini secara keseluruhan. Misalnya,
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Dan orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, menegakkan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang K ami berikan kepada mereka. (QS. Al-Baqarah: 3)
Dengan gaya seperti ini, kitab Allah SWT bisa menghilangkan kejenuhan jiwa dan kekeringan ilmiah, dan sebagai gantinya ia membagi ilmu dalam masa-masa yang berbeda sehingga bisa sampai kepada tujuan yang dikehendakinya, tanpa berbenturan dengan akal manusia pada satu masa tertentu.
Ketika kaum salaf memandang Al-Qur'an seperti ini dan memahami tujuan-tujuannya yang berupa empat perkara ini lalu mengamalkannya, maka mereka pun berhasil memiliki aqidah yang salimah .
Rasulullah SAW pernah bertanya kepada salah seorang sahabat. "Bagaimana perasaanmu terhadap dirimu sendiri?" Ia menjawab, "Saya merasakan diri saja beriman kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya" Beliau bertanya, "Perhatikan, apa yang kamu katakan?" Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, seakan-akan saya melihat 'arsy Tuhanku berdiri, surga ada di sebelah kananku, neraka ada di sebelah kiriku, dan shirath berada di bawah kakiku." Rasulullah SAW bersabda, "Kamu sudah mengetahui, maka pertahankanlah."
Semakna dengan ini, ada seorang arif bijaksana mengatakan, "Andaikata hijab telah dibukakan untukmu, niscaya kamu merasakan akhirat sangat dekat kepadamu sehingga kamu tidak perlu melakukan perjalanan untuk ke sana."
Mereka juga memiliki ibadah yang shahih. Ikhwan sekalian, bukti bahwa mereka sangat berhasrat supaya ibadah mereka sempurna dan benar, adalah apa yang terjadi pada Abu Talhah. Ia biasa bekerja di kebun. Ia memperhatikan bahwa matahari telah berada di atas puncak pohon. Ia mencampakkan kapak dan bersegera pergi ke masjid. Ia mendapati shalat ashar di akhir waktu. Ia pergi seraya menangis mendatangi Rasulullah saw. Ia berkata, "Celakalah Abu Talhah, wahai Rasulullah. Kebun dan seluruh isinya telah kusedekahkan untuk Allah."
Adapun akhlak mereka, Ikhwan sekalian, sungguh berada di puncak kesempurnaan. Dikisahkan bahwa Sayidina Umar ra. mendapatkan kiriman pakaian dari Syam. Beliau membagikannya kepada kaum muslimin. Masih tersisa sebuah sorban istimewa, maka beliau bingung kepada siapakah akan memberikan sorban itu. Kemudian ia punya ide untuk memberikannya kepada Miswar bin Makhramah, seorang pemuda yang shalih. Ia berkata dalam hati, "Andaikata saya memberikan sorban ini kepadanya, kaum muslimin tidak akan marah." Pada saat shalat fajar, Miswar bin Makhramah berdiri di samping Sa'd bin Abi Waqash dengan mengenakan sorban hadiah itu. Melihat sorban Miswar lebih bagus daripada sorbannya, Sa'd marah. Ia berkata, "Demi Allah, akan kupukul wajah Umar dengannya." Lalu ia pergi menemui Umar dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, Anda telah melakukan ini dan itu (menceritakan sikap Umar yang dianggapnya tidak adil)." Umar menjawab, "Duduklah, wahai Abu Malik." Kemudian Umar menceritakan duduk perkaranya. Ia bertanya, "Andaikata kamu berada dalam posisiku, apakah yang akan kamu lakukan?" "Saya tidak akan melakukan selain apa yang engkau lakukan," jawab Sa'd. Kemudian Sa'd bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, bagaimana dengan sumpah yang telah kuucapkan?" Umar bertanya, "Sumpah yang mana?" "Tadi itu, ketika saya marah," jawab Sa'd. Umar menjulurkan wajahnya seraya berkata, "Tunaikanlah sumpahmu," lalu lanjutnya, "Hendaklah orang tua bersikap lembut kepada orang tua yang lain."
Ikhwan sekalian, inilah akhlak yang luhur. Sayidina Umar tidak marah, sedangkan Sayidina Sa'd mau koreksi diri. Umar bersikap rendah hati dan tidak terpancing emosi hingga semua berakhir dengan indah.
Adapun masalah hukum, cukuplah apa yang dikatakan Abu Bakar Ash-Shidiq, "Andaikata ada belenggu kaki unta yang hilang, niscaya aku temukan hukumnya dalam kitab Allah."
Karena itu, Allah mencukupi mereka dan menjadikan mereka pemimpin-pemimpin dunia dalam beberapa masa.
أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan, dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (QS. Al-Ahqaf: 16)
Adapun sekarang, aqidah kita sudah banyak karatnya, banyak cacatnya. Banyak di antara ibadah kita yang tidak mengantarkan kepada iman, sedikit sekali di antara orang yang melaksanakannya mampu melaksanakannya dengan baik. Akhlak kita hancur, sedangkan hukum kita, Anda tahu sendiri dari mana diambil.
Keempat pilar Al-Qur'an ini telah hancur pada diri kita. Kita memohon kepada Allah agar menolong dan memberikan taufiq-Nya kepada kita semua untuk mewujudkan keempat pilar ini, agar kita benar-benar menjadi umat qur'any sejati, yang menghalalkan apa yang dihalalkan Allah, mengharamkan apa yang diharamkan Allah, dan berhukum berdasarkan apa yang diturunkan Allah.
Inilah beberapa pembahasan yang terlintas dalam benak saya malam ini. Saya ingin menyampaikannya kepada Anda agar menjadi pandangan global tentang kitab Allah SWT dan agar menjadi penjelasan terbuka mengenai dakwah Ikhwanul Muslimin.
Semoga Allah memberikan taufiq kepada saya dan Anda semua untuk melaksanakan kebaikan dan menunjukkan jalan yang lurus. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad, kepada segenap keluarga dan sahabat beliau. [Sumber: Ceramah-ceramah Hasan Al-Banna]
dikutip : http://www.bersamadakwah.com/2011/03/pandangan-umum-tentang-kitab-allah-swt.html