Jumat, 22 Juli 2011

Shalat Ketika Sakit Keras

Badrianah

Pertanyaan:
Assalam wr.wb. Bagaimana cara menjalankan shalat sambil berbaring ketika sakit keras dan tidak mampu menggerakan anggota badan? Dan bagaimana pula cara mengambil wudhu-nya? Terkadang di rumah sakit posisi tempat tidur tidak menghadap kiblat, apakah sah shalatnya bila tidak menghadap kiblat? Wassalam.

Jawaban:
Assalamualaikum Wr. Wb. Salat adalah rangkaian ibadah yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Namun demikian, Allah memberikan keringanan bagi mereka yang tidak mampu melakukannya. Bila tidak mampu berdiri maka boleh duduk. Bila tidak bisa duduk, boleh sambil berbaring. Bila tidak mampu menggerakkan tubuh, cukup dengan isyarat dan niat dalam hati untuk melakukan gerakan itu. 

Berwudhu bila memang boleh terkena air, tidak ada salahnya bila salah satu anggota keluarga atau perawat membantu membasuhkannhya. Cukup sambil tiduran, lalu diusapkan air di muka, tangan, kepala dan kaki. Dan bila dianjurkan tidak kena air, cukup ditayammumkan dengan menggunakan debu/tanah ke muka dan kedua tangan. Sedangkan masalah menghadap kiblat, bila masih memngkinkan menggeser posisi tempat tidur hingga wajahnya menghadap kiblat, silahkan dilakukan. 

Namun bila kondisinya tidak memungkinkan, maka menghadap kemana saja yang penting niatnya menghadap kiblat. Shalat adalah ibadah yang menjadi batas antar muslim dengan kafir. Karena itu selama hayat masih dikandung badan, maka shalat tidak boleh ditinggalkan. Seberapa payah kondisinya, harus dikerjakan walau tidak sempurna. 

Wallahu Alam bis-shawab. Wassalamualaikum Wr. Wb.

http://www.syariahonline.com/v2/shalat/shalat-ketika-sakit-keras

Jama Qashar

Slemanay

Pertanyaan:
Assalamualaikum Wr. Wb. Bolehkah melakukan Jamak qashar saat sebelum berangkat bepergian dengan pertimbangan perjalanan yang akan ditempuh jauh dan waktunya lama melewati waktu shalat berikutnya.

Jawaban:
Assalamualaikum Wr. Wb. Seorang musafir mendapatkan rukhsoh dari Allah SWT dalam pelaksanaan shalat. Rukhsoh tersebut adalah: Mengqashar shalat yang bilangannya empat rakaat menjadi dua, menjama shalat Zhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya, shalat di atas kendaraan, tayammum dengan debu/tanah pengganti wudhu dalam kondisi tidak mendapatkan air dan lain-lain. Mengqashar shalat adalah mengurangi shalat yang 4 rakaat menjadi 2 rakaat, yaitu pada shalat zhuhur, Ashar dan Isya. Untuk dapat mengerjakan jama dan qashar, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Yaitu: 1. Niat Safar 2. Memenuhi jarak minimal dibolehkannya safar yaitu 4 burd (88, 656 km ) 3. Keluar dari kota tempat tinggalnya 4. Shafar yang dilakukan bukan safar maksiat 

Dengan demikian maka para ulama mensyaratkan bahwa shalat jama dan qashar itu baru bisa dikerjakan bila telah melakukan perjalanan walau belum mencapai jarak itu. Sebagian lagi memberi batasan asal sudah keluar rumah. Yang lain mengatakan apabila telah keluar dari batas kota. Dalam hal ini memang banyak pendapat yang berbeda. Karena itu untuk keluar dari khilaf, paling tidak lakukanlah setelah keluar batas kota, tau minimal bila telah keluar dari rumah. Karena bila melakukannya dalam rumah, jelas belum masuk dalam kategori safar. 

Wallahu lam bis-shawab. Wassalamualaikum Wr. Wb.

http://www.syariahonline.com/v2/shalat/jama-qashar

Sujud Sahwi Shalat Dhuha

Chazanah

Pertanyaan:
Assalamua’laikum warahmatullahi Wabarakatuh 1. Saya minta tolong bacaan sujud sahwi 2. Dan berapa rakaat shalat sunnat dhuha dan apa doanya? Terima kasih

Jawaban:
Assalamualaikum Wr. Wb. 1. Sampai saat ini kami belum menemukan riwayat yang shahih dari Rasulullah SAW tentang bacaan yang khusus diucapkan saat sujud sahwi. Sedangkan lafaz subhana man laa yanamu wa la yashu hanya terdapat pada kitab tulisan Ibnu Nawawi Al-Jawi yang bernama Nihayatuz Zain pada juz 1 halaman 81 dan kitab Hasyiah At-Tahawiyah Ala Maraqil Falah karya At-Tahawi Al-Hanafi juz 1 halaman 298. Namun sayangnya, kedua kitab itu tidak mencantumkan dalil apakah lafaz itu dari perbuatan Rasulullah SAW atau bukan. 

2. Shalat Dhuha adalah salah satu shalat sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan sebagai shalat tambahan. Jumlah rakaat shalat dhuha tidak dibatasi jumlahnya, sedangkan paling sedikit adalah dua rakaat. Namun ada juga yang berpendapat bahwa bilangan rakaatnya delapan dan dua belas. Semua pendapat itu berdasarkan dalil yang berbda-beda, diantaranya kami kutipkan dari Fiqih Sunnah Dr. Sayyid Sabiq bab Shalat Dhuha: Dari Ummu Hani bahwa Rasulullah SAW shalat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua rakaat. (HR Abu Daud) Dari Aisyah ra. Berkata bahwa Rasulullah SAW shalat dhuha 4 rakat dan menambahi sesuai dengan keinginannya. HR Ahmad Muslim dan Ibnu Majah Said bin Manshur mengeluarkan dari al-Hasan bahwa dia ditanya. Apakah para shahabat Nabi melakukan shalat dhuha? Ya, mereka melakukannya? ada yang mengerjakan 2 rakaat, ada yang 4 rakaat, ada yang shalat terus hingga tengah hari. 

Dari Ibrahim an-Nakhai bahwa seseroang bertanya kepada Al-Aswan bin Yazid. Berapa rakaat saya shalat dhuha? Dijawab terserah berapa saja. Sedangkan batasan waktu untuk shalat dhuha adalah waktu dhuha sesuai dengan namanya. Dan batasannya adalah mulai matahari sebatas tombak dan berakhir ketika tergelincirnya di cakrawala (tengah hari). Dalilnya adalah sbb: Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata,?Nabi SAW keluar ke penduduk Quba dan mereka sedang shalat dhuha‘. Beliau bersabda,?Shalat awwabin (duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari). HR Ahmad Muslim dan Tirmizy.

sumber : http://www.syariahonline.com/v2/shalat/sujud-sahwi-shalat-dhuha

Doa Qunut Dalam Shalat Jamaah

K. Sudiana

Pertanyaan:
Assalamu‘alakium wr wb. Di kota saya sekarang, hampir semua mesjid melakukan Qunut pada shalat shubuhnya. Di kota tempat saya tinggal sebelumnya jarang sekali mesjid yang melakukan Qunut, sehingga saya termasuk yang tidak melaksanakan Qunut. Pertanyaan saya: 1. Bagaimana hukum/sejarahnya Qunut? 2. Jika saya mengikuti imam yang Qunut, apa saya harus ikut Qunut atau tidak. Jika tidak, apakah tidak akan melanggar aturan shalat mengikuti imam? Terima kasih Wassalam. 

Jawaban:
Assalamualaikum Wr. Wb. Doa qunut dalam shalat adalah masalah yang diikhtilafkan oleh para ulama, hukumnya berkisar antara sunnah dan tidak, tidak sampai kepada wajib. Karena itu bagi yang mengatakan sunnah kalau pun tidak dikerjakan, maka tidak merusak shalat itu sendiri. Sedangkan yang berkaitan dengan perbedaan pandangan antara imam dan makmum dimana salah satunya melakukan qunut dan yang lainnya tidak, maka jalan keluarnya adalah: 

A.Bila imam qunut dan makmum tidak, maka ketika imam membaca qunut, makmum boleh diam saja tanpa mengamini atau mengangkat tangan. B. Bila imam tidak qunut, maka bila dia tahu bahwa ada diantara para makmum yang berpandangan bahwa qunut itu sunnah, maka dia memberikan kesempatan pada makmumnya untuk qunut dengan cara berdiam sebentar sekadar waktu yang dibutuhkan makmum untuk qunut. Ini bila anda kedua belah pihak berkeras pada pendapatnya masing-masing. Sedangkan bila salah satu atau kedua tidak berkeras atas pandangannya, maka boleh saja seseorang melakukan qunut atau meninggalkannya bersama imam. Hal ini lazim dilakukan oleh para ulama dan demikian juga umat Islam umumnya. 

Sedangkan masalah perbedaan pendapat ini memang sudah dari ‘sono’nya. Tidak mungkin kita membuat keputusan bahwa qunut harus dikerjakan atau ditinggalkan secara total. Karena masing-masing punya hujjah/dalil yang kuat berdasarkan pada atsar dari Rasulullah SAW. 

Wallahu a‘lam bis-shawab. Wassalamualaikum Wr. Wb.

sumber : http://www.syariahonline.com/v2/shalat/doa-qunut-dalam-shalat-jamaah

Puasa dan Kepekaan Sosial

Ibadah puasa merupakan ibadah yang sangat banyak mengandung kebajikan. Di antaranya, yang sangat penting, adalah bahwa ibadah puasa dapat meningkatkan rasa kepekaan dan kepedulian kepada sesama. Itu sebabnya, Nabi Muhammad SAW menyebut bulan Ramadhan sebagai Syahr al-Muwasat, berarti 'Bulan Kepekaan Sosial'. (HR Ibn Khuzaimah).

Kepekaan itu timbul karena orang yang berpuasa pasti merasakan lapar dan dahaga seperti yang biasa dirasakan oleh orang-orang yang tidak mampu, yaitu fakir miskin dan kaum dhuafa. Jadi, ibadah puasa sesungguhnya memiliki fungsi penting, yaitu mengasah dan mempertajam rohani manusia, sehingga ia dapat melihat dan merasakan penderitaan orang lain.

Bukti mengenai kepekaan itu dapat dilihat dari perintah Nabi Muhammad SAW agar kaum Muslimin di bulan Ramadhan ini banyak memberi makan atau menyediakan buka bagi orang yang berpuasa. Sabda Rasulullah SAW, ''Barangsiapa memberikan makan atau buka kepada orang yang berpuasa, maka hal itu dapat menjadi tebusan atas dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari api neraka. Ia juga beroleh pahala seperti pahala orang yang puasa itu, tidak berkurang pahalanya barang sedikit pun.''

Mendengar pernyataan Rasulullah SAW di atas, para sahabat meminta penjelasan lebih lanjut dari beliau. Mereka berkata, ''Tidak semua orang dari kami memiliki kemampuan untuk memberikan makan kepada orang yang puasa?''

Lalu, jawab Rasulullah SAW, ''Allah SWT telah menyediakan pahala besar untuk kalian. Apakah kalian tidak sanggup menyediakan buka walau hanya sebutir kurma, segelas air putih, atau secangkir susu?'' Kemudian beliau pun menegaskan kepada para sahabat bahwa kepedulian kepada orang yang berpuasa itu dapat membuat seseorang meraih rahmat dan ampunan dari Allah SWT. (HR Baihaqi dan Ibn Hibban).

Nabi Muhammad SAW sendiri, seperti tersebut dalam hadis Bukhari, dikatakan sebagai orang yang paling peka terhadap kebaikan dan kepekaannya itu mencapai puncaknya di bulan suci Ramadhan ini, bulan di mana Malaikat Jibril selalu datang menemui Rasulullah setiap malam. Dikatakan, kepekaan dan kebaikan Nabi itu ibarat angin kencang (ka al-rih al-mursalah).

Kebaikan Rasulullah, menurut Ibn Hajar al-Asqalani, diserupakan dengan angin karena ada aspek kesamaan antara keduanya. Dikatakan, angin itu adalah angin surga yang diutus oleh Allah untuk menurunkan air hujan, sehingga membasahi dan menghidupkan bumi yang kering dan mati. Kebaikan Nabi sama dengan air hujan itu juga: menyejukkan dan memberikan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.

Kepekaan sosial ini menjadi problem tersendiri bagi kita sebagai umat dan bangsa. Tanpa kepekaan sosial, maka akan timbul kerawanan-kerawanan sosial. Kesenjangan sosial (gap) dan perbedaan (disparitas) antara si kaya dan si miskin, akan semakin besar. Dalam situasi demikian, maka penyakit lama akan segera timbul, yaitu kecemburuan sosial yang setiap saat dapat menyulut permusuhan dan kerusuhan. Rasa permusuhan ini, tentu dapat mengganggu ketenteraman kita sebagai umat dan bangsa. Untuk itu, kita perlu belajar mengasah dan mempertajam kepekaan sosial kita melalui ibadah puasa. Ibadah puasa dapat membuat kita sehat, tidak hanya sehat secara pribadi, tetapi juga sehat secara sosial. Wallahu a'lam bis-shawab. (A Ilyas Ismail)


republika

Mengapa Allah tidak Mengaruniakan pada Setiap Manusia untuk Selalu Berbuat Baik Saja?

Oleh: Maulud Mustofa

dakwatuna.com - Beberapa waktu yang lalu ada teman yang bertanya, “Mengapa iman manusia (biasa seperti kita) itu kadang naik kadang turun?” Kemudian belum lama ini ada juga yang bertanya, “Mengapa Allah tidak mengaruniakan pada setiap manusia untuk selalu berbuat baik. Apa susahnya bagi Allah Yang Maha Berkehendak untuk menjadikan manusia ini untuk bertaqwa semuanya, sehingga tidak aka nada azab dari-Nya.”

Saat itu saya hanya bisa menjawab bahwa semua itu sudah menjadi fitrah bagi manusia biasa seperti kita ini. Ya, karena kita ini manusia biasa, bukan malaikat yang kadar ketaatannya tetap terjaga, pun bukan nabi yang kadar keimanannya semakin tinggi.

Siang tadi secara tidak sengaja saya menemukan tulisan dari Imam Ja’far Shadiq yang kurang lebih sebagai berikut, “Bayangkanlah seseorang yang (memiliki) tubuh sehat dan aqidah benar serta berada dalam kehidupan yang nyaman, sementara orang lain menyiapkan kebutuhan hidupnya tanpa usaha dan amal. Apakah seorang yang berakal dengan nalurinya akan rela dan mau menerima kondisi orang di atas yang tanpa upaya apapun memperoleh imbalan dan pahala? Meraih pahala dan imbalan merupakan sebuah kenikmatan tersendiri bagi orang yang bersalah.”

Bertolak dari kalimat mulia tersebut saya coba kaitkan dengan realita di kehidupan kita. Misalnya saja kita kaitkan dengan para siswa yang sedang menempuh ujian. Apa susahnya sih seorang guru atau penilai untuk memberikan nilai tinggi dan meluluskan semua siswanya. Tinggal kasih kunci jawaban dan hasilnya siswa akan lulus semua, meskipun tanpa belajar atau bahkan tidak perlu susah payah datang tiap hari untuk mengikuti pelajaran.

Bisa juga kita umpamakan dengan sebuah kejuaraan olah raga. Dalam ajang Piala Dunia misalnya, bisa saja setiap tim yang akan berlaga langsung diberi piala. Mereka tidak perlu bersusah payah latihan kemudian bertanding di lapangan. Mereka hanya perlu membentuk tim dan kemudian tim tersebut akan mendapat piala secara cuma-cuma tanpa usaha dan bertanding untuk mendapatkan piala tersebut.
Dari kedua contoh tersebut kita dapat menilai bahwa hasil ujian bagi siswa ataupun piala bagi tim tersebut bukan hanya tidak bernilai, akan tetapi tidak akan ada kenikmatan dan kebanggaan saat menerima hasil ujian atau piala tersebut. Semua itu karena dalam mendapatkannya tidak ada usaha yang perlu dilakukan.

Akan tetapi jika hasil kelulusan atau piala tersebut tidak diberikan kepada semua siswa atau tim, mereka akan berjuang lebih keras lagi untuk meraih kesuksesan. Seorang siswa akan belajar lebih giat agar bisa lulus. Sebuah tim akan berlatih dan bertanding sebaik-baiknya untuk mendapatkan piala. Mereka akan terpacu dan percaya bahwa setiap imbalan yang akan diterimanya seiring dengan usaha yang dilakukannya. Mereka akan merasakan kenikmatan, kebanggaan, dan kebahagiaan saat menerima imbalan tersebut. Seorang siswa akan merasa puas bahwa hasil jerih payahnya dalam menuntut ilmu berbuah hasil baik dan kelulusan. Begitu juga sebuah tim akan merasakan hegemoni yang luar biasa saat memenangi sebuah turnamen yang semua itu diraih atas hasil kerja keras mereka.

Kembali kita kaitkan dengan kadar ketaatan manusia, Allah sudah berjanji bahwa balasan bagi hamba-Nya yang bertaqwa adalah surga yang di dalamnya penuh dengan kenikmatan. Tapi bukan hanya di situ saja yang ingin Allah berikan pada hamba-Nya. Allah menginginkan hamba-Nya merasakan kenikmatan berlipat ganda pada hamba-Nya yang bertaqwa. Surga itu sendiri sudah nikmat, seperti halnya kelulusan atau piala tadi. Tapi Allah masih menambah kenikmatan dengan memberikan kesempatan bagi kita untuk berlomba-lomba menggapai surga tersebut. Dengan demikian jika kita menginginkan kenikmatan berlipat ganda di surga-Nya, kita harus meraihnya dengan memperbanyak amal shalih.

Semoga setiap usaha yang kita lakukan diridhai Allah dan mengantarkan kita pada kenikmatan yang berlipat-lipat di surga nanti. Amin Ya Robbal‘alamin

Kamis, 21 Juli 2011

RENUNGAN KISAH INSPIRATIF "Lelaki"

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Jadilah seorang lelaki yang beriman,
Yang hatinya disalut rasa taqwa kepada Allah,
Yang jiwanya penuh penghayatan terhadap Islam,
Yang senantiasa haus dengan ilmu,
Yang senantiasa dahaga akan pahala,
Yang solatnya adalah maruah dirinya,
Yang tidak pernah takut untuk berkata benar,
Yang tidak pernah gentar untuk melawan nafsu,
Yang senaantiasa bersama kumpulan orang-orang yang berjuang di jalan Allah.


Jadilah seorang lelaki,
Yang menjaga tutur katanya,
Yang tidak bermegah dengan ilmu yang dimilikinya,
Yang tidak bermegah dengan harta dunia yang dicarinya,
Yang sentiasa berbuat kebajikan kerana sifatnya yang penyayang,
Yang mempunyai kawan dan tidak mempunyai musuh.


Jadilah seorang lelaki,
Yang menghormati ibu bapaknya,
Yang senantiasa berbakti kepada orang tua dan keluarga,
Yang bakal menjaga kerukunan rumahtangga,
Yang akan mendidik isteri dan anak-anak mendalami Islam,
Yang mengamalkan hidup penuh kesederhanaan,
Karena dunia baginya adalah rumah sementara menuju akhirat.


Jadilah seorang lelaki,
Yang sentiasa bersedia untuk menjadi imam,
Yang hidup di bawah naungan al-Quran dan mencontohi sifat-sifat Rasulullah,
Yang boleh diajak berbincang dan berbicara,
Yang menjaga matanya dari berbelanja,
Yang sujudnya penuh kesyukuran dengan rahmat Allah ke atasnya.


Jadilah seorang lelaki,
Yang tidak pernah membazirkan masa,
Matanya kepenatan karena membaca al-Quran,
Suaranya lesu kerana penat berzikir,
Tidurnya lena dengan cahaya keimanan,
Bangunnya Subuh penuh kecerdasan,
KAREna sehari lagi usianya bertambah kematangan.


Jadilah seorang lelaki,
Yang senantiasa mengingati mati,
Yang baginya hidup di dunia adalah ladang akhirat,
Yang mana buah kehidupan itu perlu dibaja dan dijaga,
Agar berputik tunas yang bakal menjaga baka yang baik,
Meneruskan perjuangan Islam sebelum hari kemudian.


Jadilah seorang lelaki,
Yang tidak terpesona dengan buaian dunia,
Karena dia mengimpikan syurga Allah.


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Rabu, 20 Juli 2011

Shalat Fardhu Diatas Kendaraan



Hamba Allah

Pertanyaan:
Assalaamu‘alaikum..Saya mohon bantuan Ustadz untuk menjawab masalah shalat fardhu di atas kendaraan. Bolehkah shalat fardhu di atas kendaraan? Dalam suatu Hadits (HR Muslim) disebutkan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah shalat fardhu di atas kendaraan, sedangkan untuk urusan shalat kita harus mencontoh Rasulullah SAW. Mohon tanggapan. Wassalam.

Jawaban:
Assalamualaikum Wr. Wb. Shalat adalah bentuk ibadah ritual yang pelaksanaannya harus mengikuti contoh dari Rasulullah SAW. Karena itu selagi ada contoh dari Rasulullah, maka harus kita ikuti dengan benar. Dalam perjalanan, Rasulullah SAW telah memberikan contoh shalat, yaitu dengan menjama‘ dan mengqashar shalat. Zhuhur dan Ashar dapat digabung pada satu waktu baik di waktu zhuhur atau ashar dengan masing-masing dua rakaat. Hal yang sama juga pada shalat Maghrib dan Isya, boleh digabung pada waktu Mahgrib atau waktu Isya‘ sedangkan rakaat shalat Isya‘ boleh diqashar menjadi dua rakaat. Shubuh tidak ada pengecualian dan tetap harus dikerjakan sebagaimana mestinya. Dengan pengecualian apabila terlupa, atau tertidur atau hilang ingat. 

Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa pernah Nabi SAW beserta rombongan perjalanan tertidur hingga matahari terbit. Lalu mereka shalat subuh saat terjaga sementara matahari telah terbit. Riwayat ini menunjukkan harus mengerjakan shalat ketika ingat meski telah lewat waktunya. Bukan menyengaja meninggalkan shalat karena perjalanan. Jadi selama perjalanan itu masih dapat turun dari kendaraan baik, silahkan melakukan jama‘ dan qashar. Tetapi bila memang tidak ada kesempatan lagi untuk turun dari kendaraan seperti bila naik pesawat terbang, maka kita melakukan shalat di atas kendaraan itu. Hal ini dilakukan mengingat: 

1. Shalat adalah ibadah yang wajib dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan baik secara normal atau dengan menjama‘. Sedangkan meninggalkan sholat walau dalam safar lalu mengerjakan bukan pada waktunya tidak kita dapati dalil/contoh dari Rasullullah. 

2. Kendaraan di masa Nabi SAW adalah berupa hewan tunggangan (unta, kuda dan lain-lain) yang dapat dengan mudah kita turun dan melakukan shalat. Bila dalam shalat wajib Nabi SAW tidak shalat di atas kendaraannya, maka hal itu karena Nabi melakukan shalat wajib wajib secara berjamaah yang membutuhkan shaf dalam shalat. Atau pun juga beliau ingin shalat wajib itu dilakukan dengan sempurna. 

3. Sedangkan kendaraan di masa kini bukan berbentuk hewan tunggangan, tetapi bisa berbentuk kapal laut, kapal terbang, bus atau kereta api. Jenis kendaraan ini ibarat rumah yang berjalan karena besar dan bahkan kita bisa melakukan shalat dengan sempurna termasuk berdiri, duduk, sujud dan sebagainya. Dan meski tidak bisa dilakukan dengan sempurna, para ulama membolehkan shalat sambil duduk dan berisyarat. Selain itu kendaraan ini tidak bisa diberhentikan seenak kita karena merupakan angkutan massal yang telah memiliki jadwal tersendiri. 

4. Tetapi bila kita naik mobil pribadi atau sepeda motor, maka sebaiknya kita berhenti, turun dan melakukan shalat wajib di suatu tempat agar bisa melakukannya dengan sempurna. 

5. Sedangkan riwayat yang mengatakan bahwa Nabi tidak pernah shalat wajib di atas kendaraan juga diimbangi dengan riwayat yang menceritakan bahwa Nabi SAW berperang sambil shalat di atas kuda/ kendaraan. Tentunya ini bukan salat sunnah tetapi shalat wajib karena shalat wajib waktunya telah ditetapkan. Karena kami berpendirian bahwa bila shalat wajib itu masih bisa dilakukan bukan di atas kendaraan, sebaiknya turun dan shalat. Namun bila memang tidak mungkin untuk turun, maka shalat harus dilakukan pada waktunya walaupun tidak dengan sempurna. 

Wallahu a‘lam bis-Showab. Wassalamualaikum Wr. Wb.

sumber : http://www.syariahonline.com/v2/shalat/shalat-fardhu-diatas-kendaraan

Mengganti Shalat Yang Ditinggalkan dg Sengaja


Assalammu'alaikum,

Pak Ustadz, bolehkah mengqodho sholat yang disengaja ditinggalkan (tanpa udzur syar'i), yang telah lewat waktunya atau telah ditinggalkannya itu hari-hari yang lalu atau tahun-tahun yang lalu? Apakah ada kewajiban qadha? Juga dilengkapi dalilnya jika diqodho dan jika tidak diqodho. Bagaimana juga terkait cara mengqodhonya ? Manakah menurut Pak Ustadz pendapat yang paling kuat? Jika yang ditinggalkannya banyak bagaimana? Terimakasih, NN,

Assalamu alaikum wr.wb.
Jika seseorang tidak mengerjakan shalat karena ada udzur atau alasan tertentu yang dibenarkan oleh syariat, misalnya karena tertidur atau lupa, dalam kondisi demikian, para ulama sepakat bahwa shalat tersebut harus diqadha atau diganti ketika terbangun dari tidur atau ketika ingat. Hal ini sesuai dengan bunyi hadits Nabi saw, "Jika salah seorang di antara kalian tertidur atau lupa mengerjakan shalat, ia harus mengerjakannya di saat ingat."

Namun jika seseorang tidak mengerjakan shalat karena sengaja, misalnya karena malas, ini merupakan perbuatan fasik dan dosa besar. Bahkan sebagian ulama memfatwakan bahwa orang tersebut telah kufur sehingga harus segera melakukan tobat nasuha. Adapun terkait dengan shalat yang ditinggalkannya, para ulama terbagi dua, ada yang mengharuskan qadha dan ada pula yang tidak mengharuskan qadha.

Kalangan yang tidak mewajibkan qadha, seperti Ibn Taymiyyah, kalangan ahli zhahir, dan sebagian kalangan syafiiyyah berpendapat bahwa qadha shalat hanya berlaku bagi yang tidak mengerjakannya karena lupa atau tertidur sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi saw. sementara, yang meninggalkannya karena sengaja jelas berdosa dan tidak ada qadha baginya.

Hanya saja sebagian besar ulama tetap mewajibkan qadha karena hadits untuk meng-qadha shalat di atas berlaku secara umum dan mutlak. Sebab menurut mereka pada kedua kondisi di atas, shalat sama-sama tidak dilakukan. al-Hafidz Ibn Hajar juga menganalogikan kewajiban meng-qadha shalat tersebut dengan orang yang membunuh sengara sengaja dan tidak sengaja. Keduanya tetap harus membayar kaffarah di mana yang membunuh tanpa sengaja diharuskan membayar kaffarah saja, sementara yang membunuh secara sengaja harus membayar kaffarah dan bertobat. Demikian pula dengan orang yang meninggalkan shalat. Jika ia meninggalkan shalat tanpa sengaja, maka harus menggantinya di saat ingat. Sementara bagi yang meninggalkannya secara sengaja harus menggantinya dan bertobat.

Adapun cara menggantinya adalah dengan melaksanakan shalat yang ditinggalkan pada setiap shalat fardhu. jadi setelah melakukan shalat fardhu, ia kembali bangkit untuk melakukan shalat fardhu yang ditinggalkan, baik di waktu siang maupun malam sejumlah yang ditinggalkan atau sesuai perkiraannya ditambah dengan memperbanyak shalat-shalat sunnah.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Wassalamu alaikum wr.wb.

sumber : http://www.syariahonline.com/v2/shalat/mengganti-shalat-yang-ditinggalkan-dg-sengaja

Dakwah Itu Visioner

Oleh: Ridwan, SE
0diggsdigg
email
ceramahdakwatuna.com - “Dakwah itu adalah sebuah kebaikan…namun terkadang kalah oleh karena kita tak berfikir visioner”
Visioner adalah padanan kata yang tepat itu menempatkan gerakan dakwah di berbagai ranah kehidupan. Mengapa? Karena tanpa pemikiran yang visioner, gerakan dakwah itu hanya akan bertahan sebentar sekali dalam area yang dimasukinya. Apakah itu yang kita inginkan? tentu sama sekali tidak.

Pagi tadi ketika sedang berkunjung ke sebuah sekolah umum dan berbincang-bincang dengan guru-guru, di tengah perbincangan kami salah satu guru tersebut mengatakan:

“Aneh tetangga saya yang baru lulus kemarin, sekarang sedang kuliah kemarin menikah.” Guru lain menanggapi: Pacaran tidak?

Ibu itu menjawab: “Tidak!! Langsung nikah.” Kemudian ibu tadi bicara: “Hm…Jelas itu mah masuk “aliran” yang gak mau pacaran, oh yang perempuannya pake jilbab yang lebar ya? Hmm..ya kayaknya aliran itu tuh.” Jawab guru yang pertama menimpali.

Wahai saudara/i…ku pejuang dakwah dan mencintai Allah swt. dan Rasul saw. dengan ikhlas..itulah gambaran jelas yang terjadi di masyarkat…

Dalam hiruk pikuk film-film Islam, novel-novel Islami dan juga buku-buku Islami ternyata belum mampu mensibghoh masyarakat dengan utuh.. baru sebatas ada “alternatif”.

Inilah sebenarnya tugas da’i dan da’iyah di belahan bumi manapun, karena masyarakat itu butuh sentuhan langsung. Maka akan salah sekali jika para da’i dan da’iyah itu menjadikan indikator keberhasilan itu ketika yang terlihat adalah kuantitas yang begitu banyak tanpa kemudian melupakan tugas selanjutnya bagaimana agar menjadi berkualitas.

Yang sering terjadi di tataran grass root adalah para punggawa dakwah itu menjadi semakin elitis, sehingga objek dakwah kita hanyalah menjadi sekedar kue biasa yang dimakan kemudian tidak berbekas dalam ingatan mereka.
Padahal seharusnya analogi kue itu jika ada pengemasan yang baik seperti distribusi yang rapi dan mendekat dan juga kemasan kue yang diberikan dalam bentuk baik, kemudian senyum-senyum yang manis dari sang pengantar kue maka akan lain ceritanya.

Sekali lagi, objek dakwah itu butuh sentuhan langsung bukan bersikap elitis.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Hasyr:18

Ayat ini mengingatkan bahwa strategi kemenangan itu letaknya pada sebuah perencanaan yang visioner dengan balutan taqwa dalam setiap langkah pencapaian. Maka tak ada lagi logika retorika, semua yang harus ada adalah ketika retorika berbanding lurus dengan perbuatan.

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” As-Shaff:2-3

Jangan menyerah saudara-saudariku… Lanjutkan perjuangan para Nabi, dengan perencaaan visioner.

sumber : http://www.dakwatuna.com/2009/07/3272/dakwah-itu-visioner/

Selasa, 19 Juli 2011

PINTU LANGIT DIBUKA, PINTU NERAKA DITUTUP DAN SYETAN DIBELENGGU

Idzaa Dakhala Syahru Ramadhana Futtihat Abwaabu as Samaa'i wa Ghulliqat Abwaabu Jahannam wa Sulsilati Asy Syayaathiinu [ apabila masuk masuk bulan Ramadhan, maka pintu - pintu langit dibuka dan pintu - pintu neraka Jahanam ditutup, dan syetan dibelenggu ]. [ Al Bukhari ].

Pintu - pintu langit dibuka disini bermakna pintu - pintu syurga atau pintu - pintu rahmat. Para ahli hadits ( muhaditsin ) mengatakan bahwa kemungkinan yang dimaksud adalah makna yang sebenarnya, namun para ahli hikmah mengatakan bahwa maknanya adalah merupakan isyarat akan banyaknya pahala serta pengampunan dan rahmat yang diberikan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa. Hal tersebut merupakan ungkapan bentuk - bentuk ketaatan yang Allah buka untuk hamba - hamba Nya dan yang demikian itu merupakan sebab - sebab masuknya seseorang ke dalam syurga.

Sedangkan makna dari pintu - pintu neraka Jahanam ditutup adalah ungkapan akan dipalingkannya keinginan untuk mengerjakan kemaksiatan yang menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka, dengan dipalingkannya seseorang untuk mengerjakan hal - hal yang tidak baik maka jiwa orang yang berpuasa bersih dari kotoran - kotoran perbuatan keji, dan terbebasnya diri dari dorongan untuk mengerjakan maksiat dengan cara membelenggu syahwatnya.

Syetan dibelenggu karena tidak mampu mengganggu kaum muslimin yang hari - hari puasanya selalu disibukkan melaksanakan ibadah, mengekang hawa nafsunya, shalat, membaca Al Qur'an dan dzikir. Gangguan syetan ini hanya berkurang dari orang - orang yang benar - benar berpuasa karena iman dan mengharap pahala dengan memelihara syarat - syarat dan adab berpuasa. Bagi orang - orang yang yang kurang atau tidak menjaga puasanya maka syetan akan tetap mengganggunya, sehingga masih banyak dilihat pada bulan Ramadhan berbagai bentuk dan macam kemaksiatan terjadi.

sumber : http://www.facebook.com/smp.sma.islam.assakinah.sidoarjo



“Janganlah kalian mencabut Uban! Sesungguhnya uban itu adalah cahaya pada hari kiamat . Barangsiapa yang tumbuh ubannya ketika Islam niscaya dicatatkan untuknya dengan uban itu satu kebaikan, dihapus dari orang itu satu kesalahan(dosa) dan ia ditinggikan satu derjat baginya dengan uban itu” (HR Ahmad , At Thirmidzi ,Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)


Senin, 18 Juli 2011

Hak Ibu Atas Anaknya


عن أبي هريرة ـ رضي الله عنه ـ قال : جاء رجل إلى رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ فقال : يا رسول الله : ” من أحق الناس بحسن صحابتي ؟ قال : أمك . قال : ثم من ؟ قال : أمك . قال : ثم من ؟ قال : أمك . قال ثم من ؟ قال : ثم أبوك ” . رواه البخاري ومسلم . وابن ماجه

dakwatuna.com – Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Ada seseorang yang datang menghadap Rasulullah dan bertanya, “Ya Rasulallah, siapakah orang yang lebih berhak dengan kebaikanku?” Jawab Rasulullah, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ayahmu.” (Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah)

Ada seseorang yang datang, disebutkan namanya Muawiyah bin Haydah r.a., bertanya: يا رسول الله ، من أحق الناس بحسن صحابتي :Ya Rasulallah, siapakah orang yang lebih berhak dengan kebaikanku? Kata الصحابة ، والصحبة adalah dua kata masdar yang memiliki satu makna yaitu: المصاحبة persahabatan.

Jawab Rasulullah saw: أمك ibumu. Dengan diulang tiga kali pertanyaan dan jawaban ini.

Pengulangan kata “ibu” sampai tiga kali menunjukkan bahwa ibu lebih berhak atas anaknya dengan bagian yang lebih lengkap, seperti al-bir (kebajikan), ihsan (pelayanan). Ibnu Al-Baththal mengatakan:

أن يكون لها ثلاثة أمثال ما للأب : من البر فقد ذكر الأب في الحديث مرة واحدة ، وكأن ذلك لصعوبة الحمل ، ثم الوضع ، ثم الرضاع ، فهذه الأمور الثلاثة تنفرد بها الأم ، وتشقى بها ، ثم تشارك الأب في التربية .

“Bahwa ibu memiliki tiga kali hak lebih banyak daripada ayahnya. Karena kata ‘ayah’ dalam hadits disebutkan sekali sedangkan kata ‘ibu’ diulang sampai tiga kali. Hal ini bisa dipahami dari kerepotan ketika hamil, melahirkan, menyusui. Tiga hal ini hanya bisa dikerjakan oleh ibu, dengan berbagai penderitaannya, kemudian ayah menyertainya dalam tarbiyah, pembinaan, dan pengasuhan.

Hal itu diisyaratkan pula dalam firman Allah swt., “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun –selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun–, bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman: 14)

Allah swt. menyamakan keduanya dalam berwasiat, namun mengkhususkan ibu dengan tiga hal yang telah disebutkan di atas.

Imam Ahmad dan Bukhari meriwayatkan dalam Al-Adabul Mufrad, demikian juga Ibnu Majah, Al Hakim, dan menshahihkannya dari Al-Miqdam bin Ma’di Kariba, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

” إن الله يوصيكم بأمهاتكم ، ثم يوصيكم بأمهاتكم ، ثم يوصيكم بأمهاتكم ، ثم يوصيكم بآبائكم ، ثم يوصيكم بالأقرب فالأقرب “

“Sesunguhnya Allah swt. telah berwasiat kepada kalian tentang ibu kalian, kemudian berwasiat tentang ibu kalian, kemudian berwasiat tentang ibu kalian, kemudian berwasiat tentang ayah kalian, kemudian berwasiat tentang kerabat dari yang terdekat.”

Hal ini memberikan kesan untuk memprioritaskan kerabat yang didekatkan dari sisi kedua orang tua daripada yang didekatkan dengan satu sisi saja. Memprioritaskan kerabat yang ada hubungan mahram daripada yang tidak ada hubungan mahram, kemudian hubungan pernikahan. Ibnu Baththal menunjukkan bahwa urutan itu tidak memungkinkan memberikan kebaikan sekaligus kepada keseluruhan kerabat.

Dari hadits ini dapat diambil pelajaran tentang ibu yang lebih diprioritaskan dalam berbuat kebaikan dari pada ayah. Hal ini dikuatkan oleh hadits Imam Ahmad, An-Nasa’i, Al-Hakim yang menshahihkannya, dari Aisyah r.a. berkata:

سألت النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ أي الناس أعظم حقاً على المرأة ؟ قال : زوجها . قلت : فعلى الرجل ؟ قال : أمه “

“Aku bertanya kepada Nabi Muhammad saw., siapakah manusia yang paling berhak atas seorang wanita?” Jawabnya, “Suaminya.” “Kalau atas laki-laki?” Jawabnya, “Ibunya.”

Demikian juga yang diriwayatkan Al-Hakim dan Abu Daud dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa ada seorang wanita yang bertanya:

يا رسول الله : إن ابني هذا ، كان بطني له وعاء ، وثدي له سقاء ، وحجري له حواء ، وإن أباه طلقني ، وأراد أن ينزعه مني : فقال : أنت أحق به ما لم تنكحي “

“Ya Rasulallah, sesungguhnya anak laki-lakiku ini, perutku pernah menjadi tempatnya, air susuku pernah menjadi minumannya, pangkuanku pernah menjadi pelipurnya. Dan sesungguhnya ayahnya menceraikanku, dan hendak mencabutnya dariku.” Rasulullah saw. bersabda, “Kamu lebih berhak daripada ayahnya, selama kamu belum menikah.”

Maksudnya menikah dengan lelaki lain, bukan ayahnya, maka wanita itu yang meneruskan pengasuhannya, karena ialah yang lebih spesifik dengan anaknya, lebih berhak baginya karena kekhususannya ketika hamil, melahirkan dan menyusui.


Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/hak-ibu-atas-anaknya/

Kumpulan Kata-Kata Hikmah Page BDMCS "Bidadari Dunia Mencari Cinta Sejati-Nya "


" Kumpulan Kata-Kata Hikmah Page BDMCS "
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Perjalanan ini masih jauh harus ku tempuh ...
tak akan gentar karena sabar semai di jiwa ...
Ku di sini memerhati tanpa rasa ...
Ku di sini menunggumu agar kau mengerti ..
Putihkan jiwamu dengan Cahaya Kasih-Nya
Kan Kuterima dirimu dengan seadanya ...
Walau Sederhana namun menjadi sempurna bagiku ...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mewangi semerbak harum menghiasi jiwa nista nestapa.
Kepada yang tercinta yang ayat-ayat cintaNya menerangi jiwa.
Kepada kekasih sejati yang tetap abadi dan tiada pernah mati.
Kepada yang tercinta yang namanya selalu mewangi didalam jiwa.
Kepada pemilik cinta sejati yagng diri ini mengadukan kegalauan hati.
Wahai Rabb yang mulia jadikan cinta kami berbunga TAQWA penuh Pahala .
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Di Balik Aura Hijab-mu Kau Pancarkan Cahaya Abdi-mu ...
jika kelak aku mengikat kata janganlah engkau berpaling ...
karena aku lelaki yang membutuhkan kesempurnaan darimu ...
tak ada janjiku padamu yang bisa ku utarakan ,selain ...
Jadilah sayapku untuk menggapai Cinta dan Ridho-Nya ...
Yang mengantarkan kita untuk menuju puncak Syurga-Nya. ...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku seorang hamba yg tak lepas dari Dosa ...
Namun hamba akan senantiasa memohon Maghfirah-Mu ...
"Ampunilah Segala Dosa''-ku"
Jikalau Kelak aku telah kembali pada-Mu ...
Tak berharap lebih utk menjadi BIDADARI dalam SYURGA-Mu ...
Walau hanya menjadi Setangkai Bunga dalam Taman Firdausi ...
Senantiasa hamba akan selalu Mensyukuri segala Nikmat-Mu ...
Karena hamba bisa menikmati Indah'a SYURGA-Mu..SUBHANALLOH ...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kesunyian ini Mengalun sepiku yang merindu akan Kasih-Mu,
Dalam renung-ku ada suatu keinginan yang kuat dalam hati,
Mungkinkah aku harus terus bermimpi dalam kesendirian ini,
Dari hati sepi ini Akan ku memohon kepada sang Pemilik Cinta,
Agar senantiasa menghadirkan engkau sebagai kesempurnaan-ku,
Mengajakmu mengarungi Bahtera ini tuk menggapai Ridho-Nya " Baiti Jannati "
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sesungguhnya bila hati ini ‘sakit’
maka akan beratlah anggota tubuh yg lain untuk melaksanakan ketaatan.
dan setiap orang yg beramal tanpa ilmu maka amalan''
yg telah dikerjakan olehnya ditolak,tidak dapat diterima”.
ketahuilah bahwa Allah hanya akan menerima amal shaleh dri hamba-Nya apabila mengikuti 2 syarat yaitu " Ikhlas dan Mutaba’ah (mengikuti tuntunan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Wahai Ukhti fillah ...
Derajat-mu dia angkat karena Kehormatan-mu ...
Dirimu di Muliakan karena Besar Cinta-Nya padamu ...
Di Berikan Rasa malu karena itu adlah Mahkota-mu ...
Memerintahkan untuk B'HIJAB karena ada Hikmah dari-Nya ...
Semua yg di Berikan padamu tak ada yang Sia-sia ...
Teguhkan-lah pendirian-mu agar tetap Istikhqomah di Jalan-Nya ...
Karena Pribadimu adlh Cayaha dari Jiwa" pendidik Generasi Robbani. ...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ketahuilah apa yang ada pada diriku...
Tuhan menciptakan rasa cinta di hatiku...
maka dia juga menghiasinya dengan api cemburu...
Tuhan menciptakan apa yang disebut emosi...
maka dia juga menganugerahi dengan setitik kesabaran...
Aku bukanlah Robot yang tak memiliki perasaan,tapi...
Aku adalah manusia biasa yang peka terhadap perasaan...
Jadi aku berharap agar kau bisa menjaga Perasaan-ku ....
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Keindahan tidak harus berarti kecantikan...
Kecantikan tidak berarti harus merupakan keindahan...
Keindahan tanpa di dasari Akhlak yang Baik Bukanlah sebuah Kecantikan...
Kecantikan tanpa didasari Hati yang Indah bukanlah sebuah Keindahan...
Hiasi-lah Hatimu dengan Akhlak yang baik...
Karena di balik Hati & Akhlak yg Baik tampak Keindahan & Kecantikan dari-Nya...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku mungkin terlalu Naif krna perasaanku yg berlebihan ...
Krena aku tak bisa menjaga & Mbagi perasaanku padamu...
Mungkin inilah ke'egoisan-ku,krena Aku menikmati perasaan cinta ini sendiri...
Tapi bagiku inilah arti cinta bagiku,krena aku tak ingin mengotori cinta suci-Nya...
Pada akhirnya kan Ku Buai semua mimpi''-ku dgn Do'a''ku Pada-Nya...
Agar senantiasa damai'a cinta itu akan terasa dalam Qalbu-ku...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ketika tiba saatnya kau Mjadi plengkap rusukku
KuHrap kau tak Mghalangi tuk Melangkahkan kakiku di mdn Jihad
KuLkukan semua ini senantiasa untuk mencari KeRidho'an-Nya
KuSrahkan Hidup & Matiku hanya utk-Nya
Namun jk kelak aku tak kembali,maka Ikhlaskanlah kpergian-ku
Jika kau msh Mencintai-ku Krna-Nya.ku harap kau tak Bpaling driku
Krna aku akn jdikan kau Bidadari dLm Syurga-Nya..Insya ALLOH ...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku mencari rusuk-ku bkn karena aku dlm keadaan cinta...
Namun aku memilih rusuk-ku untuk mampu membinah-ku...
Seseorang yg menjadi jalan ketika aku mulai melenceng,bukan..
Seseorang yg akan terus diam ketika aku mulai melupakan-Nya..
Ku Berharap Tuhan memilihkan Seseorang yg bisa menutupi kekurangan-ku..
Seseorang yg akan menjadi sandaranku dengn kemuliaan jiwa & ketulusan...
" Doa'ku adalah Harapan-ku "
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mentari Bersinar Menyisakan Panorama...
Angin menghembus menghantar gempita...
Kuselami samudera hidup dengan bebas...
Kurenungi segala hal yang telah dan akan kulakukan...
Semoga segala ini bisa jadi penghantar menembus impian...
Akan kunikmati saja hidup ini apapun adanya diriku saat ini...
Ya ALLOH " ..yang mengarahkan Hati..arahkan-lah hati kami untuk taat kepada-Mu...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jangan sekali-kli mengucapkan selamat tinggal jika kmu masih merasa sanggup !
Tuhan memberikan kita 2 kaki utk berjalan 2 tngan utk memegang, 2 telingah utk mendengar & 2 mata untuk melihat, Tetapi mengapa Tuhan h'a menganugerahkan sekeping HATI h'a utk kita ? Itu karena tuhan tlh memberikan sekeping HATI lagi utk seseorang yg akan kelak menjadi Labuh'an Cinta kita Pada-Nya ...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dibawah malam ku terdiam..
di ujung sang waktu ku termenung...
betapa rapuhnya aku tanpa Cinta-Mu...
dibelaian angin ku tersadar...
betapa beruntungnya aku dapatkan kasih-Mu...
dan dibelaian sang bintang gemerlap ku terpejam...
betapa rindunya aku akan Ridho-Mu...
Ya ALLOH .Sinarilah Hati-ku dengan Cahaya Hidayah-Mu...
Seperti ENGKAU menerangi Langit dan Bumi dengan Rahmat-Mu.
Ya Arhamar Rohimiin . . .
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sebutir demi sebutir umur menetes laksana embun pagi.Menyusuri daun''
usia yg sekian lama Membuat tua.Sungguh Pjalanan ini begitu berarti.
Kehidupan dunia mmang sbuah prmainan,penuh klenaan yg Mhembus nafsu ketidakpusaan Namun,semua tlh hanyut ktka tba suatu msa dimn syaithon dipnjara...Ya ALLOH pertemukanlah Hamba dgn Bulan Ramadhan,..ku ingin noda di jiwa ini tersapu harimu yg penuh pahala.Aamiin ...


By " Thufail Na'im Ar'Syahid

sumber : http://abu-azvhirandha.blogspot.com/2011/07/kumpulan-kata-kata-hikmah-page-bdmcs.html

" Menuju SYURGA-Nya dengan CINTA "

" Menuju SYURGA-Nya dengan CINTA "
.•♥•.¸.•*¨)¸.•*¨) '".•♥•.'" (¸.•´(¸.•´.•♥•.

♥:.بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ :.♥

Setiap individu pasti akan merasai cinta dan mencintai sesuatu.
Cinta adalah perasaan halus yang dimiliki hati setiap manusia, dan
tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Islam, cinta merupakan masalah utama dalam kehidupan dunia dan
akhirat. Ini karena Islam sendiri merupakan agama yang berasaskan cinta.

Rasullulah Sallallahu 'alaihi Wasallam Bersabda : "Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang maka ia akan mendapat manisnya iman, yakni: ALLOH dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; mencintai seseorang hanya karena ALLOH, dan benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana
ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka" (HR.Bukhari-Muslim)

Oleh karena itulah Islam menyeru kepada cinta, yaitu cinta kepada Allah,
cinta kepada Rasulullah, cinta kepada agama, cinta kepada aqidah, juga cinta kepada sesama makhluk, sebagaimana Allah menjadikan perasaan cinta antara suami istri sebagai sebagian tanda dan bukti kekuasaan-Nya,

firman Alloh Azza Wa Jalla:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Ruum: 21).

Jelaslah bahwa cinta adalah tanda kehidupan ruhani dalam aqidah orang
mukmin, seperti halnya cinta juga menjadi dasar dalam kehidupan beragama
dan bermasyarakat. Selain itu, iman dalam Islam ditegakkan berdasarkan cinta dan kasih sayang, sebagaimana terlukis indah dalam sabda Beliau :

Rasullulah Sallallahu 'alaihi Wasallam : "Demi Dzat yang diriku ada di tanganNya, kamu tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman dengan sempurna hingga kamu saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai  ? Sebarkanlah salam di antara kalian." (HR Muslim)

Dalam hadist diatas, Rasullulah Sallallahu 'alaihi Wasallam menegaskan bahwa jalan menuju ke syurga bergantung kepada iman, dan iman bergantung kepada cinta. Maka cinta adalah syarat dalam iman, rukun dalam aqidah, dan asas dalam agama.

Cinta dalam Islam adalah kaidah dan sistem yang mempunyai batas.
Ia adalah penunjuk ke arah mendidik jiwa, membersihkan akhlaq serta
mencegah atau melindungi diri daripada dosa-dosa. Cinta dapat membimbing
jiwa agar bersinar cemerlang, penuh dengan perasaan cinta dan dicintai.

Sayangnya dalam kondisi saat ini, cinta yang lahir cenderung penuh hawa nafsu dan menyimpang daripada tujuan murni yang sebenarnya. Setiap saat, setiap hari kita dibuai dengan lagu cinta, dibuat terlena dengan tontonan kisah cinta yang menghanyutkan kita ke dunia khayal yang merugikan. Kini bahkan banyak yang menyalahartikan makna cinta sebenarnya, sehingga terdorong melewati batas pergaulan dan tatasusila seorang mukmin.

Untuk itu, renungkanlah sejenak hakikat kehidupan kita di dunia.
Rasullulah Sallallahu 'alaihi Wasallam bersabda:
"Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri." Juga sabda Rasulullah, "Barang
siapa ingin mendapatkan manisnya iman, maka hendaklah ia mencintai orang lain karena Allah." (HR Hakim dari Abu Hurairah)...Wallahu'alam Bishawab..

♥•*¨*•♥•*¨*•♫♥•* JALAN YANG LURUS •♥♫•*¨*•♥•*¨*•♥

"Dan bahwa sesungguhnya inilah jalan-Ku (agama Islam)
yang betul lurus,maka hendaklah kamu menurutnya dan janganlah kamu
menurut jalan-jalan (yang lain dari Islam), kerana jalan-jalan (yang lain itu) mencerai-beraikan kamu dari jalan ALLOH, Dengan yang demikian itulah ALLOH perintahkan kamu, supaya kamu Bertakwa."(QS.Al-An'aam :153) .

(¯`v´¯)(¯`v´¯)`•.¸.•`♥`•.¸.•`(​ ¯`v´¯)(¯`v´ ¯)
`•.¸.•`.`•.¸.•`_SUBHANALLOH_`•​.¸.•`.`•.¸.•`
(¯`v´¯).•♥•.¸.•*¨).••♥•♥••.(¸.​ •´.•♥•.(¯`v´¯)
`•.¸.•`_¶**¶_____________¶**¶_​ __`•.¸.•`
___________*¶*___*¶*_____*¶*__​ __*¶*
__________*¶*_______*¶*¶*_____​ ___*¶*
_________*¶*__________*_______​ ____*¶*
_________*¶*__________________​ ____*¶*
_________*¶*________ اﷲ___ اﷲ_____*¶*
__________*¶*_________________​ ___*¶*
___________*¶*________________​ _*¶*
_____________*¶*_____*____*___​ *¶*
______________*¶*___________*¶​ *
________________*¶*_______*¶*
__________________*¶*___*¶*
____________________*¶_*¶*
______________________*¶
♥•*¨*•♥•*¨*•♫♥•* Thufail Na'im Ar'Syahid *•♥♫•*¨*•♥•*¨*•♥ 
 
sumber :  http://abu-azvhirandha.blogspot.com/2011/07/menuju-syurga-nya-dengan-cinta.html

Atap Yang Terpelihara

Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara sedangkan mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Alloh) yang ada padanya. (Surat al-Anbiya, 32)

Suatu fakta mengenai alam semesta yang dinyatakan dalam Alqur'an adalah bahwa langit dibuat sebanyak tujuh lapis. Dialah Alloh, yang menjadikan segala apa yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (Surat al-Baqarah, 29).


Kata "heaven", yang kerap muncul dalam Alqur'an, mengacu kepada "langit" di atas bumi sebagaimana langit di atas alam semesta. Pemberian makna pada kata ini, memperlihatkan bahwa langit di Atas bumi atau atmosfir terbangun atas tujuh lapisan.


Saat ini diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda, satu berada di atas yang lain. Selanjutnya, tepat seperti dinyatakan dalam Alqur'an, ia terdiri atas tujuh lapis. Dalam sebuah sumber ilmiah, hal tersebut digambarkan sebagai berikut:


Para ilmuan menemukan bahwa atmosfir terdiri atas beberapa lapis. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam hal ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan tipe gasnya. Lapisan atmosfir yang terdekat dengan bumi disebut Troposhere. Troposphere mengandung kira-kira 90% dari total massa atmosfir. Lapisan di atas troposphere disebut Stratosphere. Lapisan ozon adalah bagian dari stratosphere, tempat terjadinya penyerapan sinar uktra violet. Lapisan di atas stratosphere disebut Mesosphere. Thermosphere berada di atas mesosphere. Gas-gas yang terionisasi membentuk suatu lapisan dalam thermosphere yang disebut ionosphere. Bagian terluar atmosfir bumi mengembang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan Exosphere.


Jika dihitung jumlah lapisan atmosfir itu benar terdiri atas tujuh lapis. Adalah sebuah keajaiban bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad 20, secara eksplisit dinyatakan oleh Al Qur'an 14 abad silam.


Atmosfir pun memiliki fungsi penting bagi kelangsungan hidup. Ketika sejumlah meteor besar ataupun kecil mendekati bumi, atmosfir menahan sehingga tidak jatuh ke bumi dan membahayakan kehidupan. Atmosfir pun menyaring sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Alangkah menakjubkan, atmosfir membiarkan cahaya tidak berbahaya dan berguna saja, misalnya cahaya yang bisa terlihat, cahaya ultra violet dan gelombang radio, yang bisa melaluinya. Semua radiasi ini berguna bagi kehidupan. Atmosfir pun menjaga bumi dari kebekuan ruang angkasa, yaitu kira-kira minus 270 derajat celcius.


Tidak hanya atmosfir yang menjaga bumi dari efek berbahaya. Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang menyebabkan medan magnet di bumi, juga berlaku sebagai layar penangkis radiasi berbahaya bagi planet kita. Radiasi ini, yang secara konstan dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, mematikan mahluk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan raksasa dari energi yang disebut "solar flare" yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan merusak seluruh kehidupan di bumi.


Energi yang ditransmisikan dalam satu saja dari cahaya-cahaya ini dipastikan pada masa sekarang, terhitung sama dengan 100 miliar bom atom yang masing-masing satuannya menyerupai yang dijatuhkan ke Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, dapat diamati bahwa jarum magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya dan 250 kilometer di atas atmosfir bumi, temperatur tiba-tiba meningkat hingga 2500 derajat celcius.


Singkatnya, suatu sistem sempurna ada di atas bumi. Ia melingkupi bumi dan menjaganya dari serangan benda-benda luar angkasa. Para ilmuan baru sekarang mempelajarinya, sementara berabad-abad lampau kita telah dikabari melalui Alqur'an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung/pemelihara.


Simak juga ayat ke-11 surat At-Thoriq dalam Alqur'an yang mengacu pada fungsi langit. Demi langit yang mengandung hujan (Surat at-Tariq, 11). Kata ini diartikan sebagai "siklus" dalam terjemahan Alqur'an juga bermakna "mengirim kembali" atau "mengembalikan".


Sebagaimana diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri atas beberapa lapisan. Penelitian menyatakan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan material-material atau cahaya/sinar yang mereka pancarkan ke ruang angkasa atau ke bumi. Sekarang marilah kita perhatikan sejumlah contoh "fungsi pengembalian" dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.


Troposphere, dengan jarak 13 - 15 km di atas bumi, memungkinkan uap air dari permukaan menjadi terkondensasi dan kembali ke bumi sebagai hujan. Lapisan ozon, dengan ketinggian 25 km, memantulkan radiasi-radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan kembali lagi ke angkasa. Ionosphere, memantulkan transmisi gelombang radio dari bumi ke berbagai bagian dunia seperti halnya sebuah satelit komunikasi pasif; dengan demikian memungkinkan komunikasi tanpa kabel, transmisi radio dan televisi pada jarak cukup jauh.


Fakta-fakta tersebut tersingkap secara ilmiah pada masa kini. Umat Islam telah mengetahuinya sejak berabad silam melalui Alqur'an. Sekali lagi ini membuktikan bahwa Alqur'an adalah firman Allah.
 
sumber: http://www.pkslumajang.org/2011/07/atap-yang-terpelihara.html 

Bekas Sujud, Tak Sekadar Tanda Kehitaman di Dahi


Oleh : Prof. DR. KH. Achmad Satori Ismail 

......

Diriwayatkan dari Rabi'ah bin Ka'b bahwa ia berkata, "Aku menginap bersama Nabi SAW dan membantu beliau untuk menyiapkan air wudhunya dan kebutuhan lainnya." Kemudian, Rasulullah bersabda, "Mintalah sesuatu kepadaku." Aku menjawab, "Aku mohon agar bisa menemanimu di surga." Beliau menjawab, "Bukan lainnya?" Aku berkata, "Hanya itu saja. Lalu, Nabi SAW bersabda, "Bantulah aku untuk dirimu dengan memperbanyak sujud." (HR Ahmad, Muslim, An Nasai, dan Abu Daud).

Hadis ini menganjurkan kita untuk memperbanyak sujud, ruku, dan mendirikan shalat wajib ditambah dengan tathawwu' (shalat sunat) bila kita ingin masuk surga. 

Sujud merupakan ibadah istimewa dalam Islam, karena merupakan salah satu rukun shalat dengan cara meletakkan tujuh anggota badan di atas tanah (muka, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki). Posisi demikian mencerminkan sikap merendah di hadapan keagungan Ilahi. Allah menegaskan, "Sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)." (QS Al-'Alaq: 19).

Sujud akan menanamkan ketawadhuan dalam diri kepada sesama manusia dan memancarkan sinar keimanan dan kelembutan melalui wajahnya. Inilah bekas sujud yang diharapkan sebagai amalan penolong masuk surga.

Mi'dan bin Abi Tholhah berkata, "Aku bertemu Tsauban, budak Rasulullah SAW." Lalu, dia bertanya, "Beritahukan kepadaku amalan yang bila aku lakukan maka Allah akan memasukkanku dengannya ke dalam surga." Tsauban diam. Lalu, aku tanya lagi, tapi dia masih diam dan aku tanyakan yang ketiga maka ia menjawab, "Aku telah menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Kamu harus memperbanyak sujud karena sesungguhnya tidaklah kamu sujud sekali kecuali Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan dengannya satu dosa." (HR Muslim, Turmudzi, dan an-Nasa'i).

Kita dianjurkan untuk memperpanjang sujud bila shalat munfaridah (sendiri) karena Rasulullah menyindir orang-orang yang sujudnya cepat, dengan ungkapan bahwa mereka mematuk seperti ayam jago mematuk butiran makanan.

Sujud yang serius akan meninggalkan bekas di wajah orang Mukmin. "Kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud." (QS Al-Fath 29).

Bekas sujud inilah yang akan ditampakkan setiap Muslim via wajahnya. Di antara bekas sujud yang terpancar di setiap muka Muslim adalah ketundukan kepada keagungan Allah, ketawadhuan terhadap sesama insan, kelembutan, senyuman, menundukkan pandangan mata, membasahi bibir dengan zikrullah, sikap kasih sayang kepada anak yatim, fakir, dan miskin.

Sejalan dengan ini, dalam hadis Qudsi disebutkan bahwa Rasulullah berkata, "Aku hanyalah menerima shalat dari orang yang tawadhu terhadap keagungan-Ku, tidak sombong terhadap makhluk-Ku, tidak terus-menerus mendurhakai-Ku, selalu menggunakan siangnya untuk zikir kepada-Ku, mengasihi anak yatim, janda-janda, fakir, dan menyayangi orang yang tertimpa musibah. (HR Al-Bazzar).

Tanda hitam di dahi Muslim adalah salah satu ciri bahwa dia sering melakukan shalat. Namun, bekas sujud yang dikehendaki Allah adalah sikap tawadhu, kelembutan, kepedulian, dan kasih sayang yang dipancarkan wajah setiap Muslim. Wallahu a'lam.

sumber : republika.co.id

Minggu, 17 Juli 2011

KETIKA KESULITAN MENGHIMPIT

oleh Yusuf Mansur Network pada 18 Juli 2011 jam 13:48

Ketika bencana terjadi secara beruntun, mengapa banyak manusia semakin merendahkan diri dan semakin mengagungkan para pembesar jin yang diyakini sebagai penguasa laut, gunung-gunung, hutan-hutan atau tempat-tempat tertentu lainnya? Mengapa Allah sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta sesungguhnya, sekaligus sebagai pembuat bencana, justeru ditinggalkan, dilupakan dan diabaikan? Adakah pembesar-pembesar jin itu –meskipun mereka berkoalisi- mampu mengatasi bergolaknya gelombang laut dan mampu mengendalikan lahar-lahar dan awan panas jika Allah, Penguasa alam semesta ini, menghendaki terjadinya?

أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَّعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ

Atau siapakah yang dapat mengabulkan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepadanya, dan yang dapat menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada sesembahan yang benar selainNya? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). [an Naml/27 : 62].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan : Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan bahwa hanya Dia sajalah yang akan dimohon ketika ada kesulitan-kesulitan berat, dan hanya Dia sajalah sandaran harapan ketika turun bencana-bencana. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam ayat lain:

وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَن تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah (dari ingatan kamu) sesembahan yang biasanya kamu seru kecuali Allah. [al Israa`/17 : 67].

Kenyataannya, banyak orang sekarang tidak bertambah dekat kepada Allah pada saat mendapat himpitan keadaan yang berat seperti bencana dan lainnya. Sebaliknya justeru semakin durhaka kepadaNya Azza wa Jalla. Mereka bukan memohon pertolongan kepada Allah, tetapi malah mencari solusi dan alternatif lain yang justeru mendatangkan murkaNya. Ironisnya, hal ini dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin dewasa ini yang hidup di era moderen.

Padahal kaum musyrikin pada masa jahiliyah di Arab dahulu ketika dihadapkan pada keadaan genting dimana nyawa seakan berada di ujung tanduk, mereka segera berlindung kepada Allah dengan tulus ikhlas dan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo'a kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). [al Ankabut/29 : 65]

Mereka dengan ikhlas kembali kepada Allah pada saat mengalami keadaan genting, meskipun mereka kembali lagi pada kemusyrikannya setelah terbebas dari kesulitan.

Tetapi banyak orang sekarang, meskipun terhimpit oleh keadaan yang menyulitkan, bahkan terancam oleh kematian, seakan-akan tidak meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya penolong yang kuasa melepaskan seseorang dari kesulitan, dan tidak ada siapapun selainNya yang dapat melakukannya. Oleh sebab itulah mereka enggan mendekatkan dirinya kepada Allah dengan meningkatkan semangat beribadah dan meninggalkan perbuatan syirik, khurafat, bid'ah dan kemaksiatan. Mereka justeru mencari pelarian kepada dukun-dukun atau ke tempat-tempat keramat atau benda-benda penangkal atau kepada pembesar-pembesar jin yang diyakini sebagai penunggu atau pengendali kawasan tertentu. Mereka ber-istighatsah (mengeluhkan masalah untuk mencari solusi) kepada selain Allah.

Apakah ini pertanda, orang sekarang yang hidup di era teknologi serba canggih lebih terbelakang sikap hidupnya dibanding dengan orang-orang dahulu yang memiliki sebutan jahiliyah? Ataukah ini merupakan pertanda hari kiamat makin dekat sebab batas antara muslim dengan orang musyrik semakin tidak jelas?
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى تَعْبُدَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي الْأَوْثَانَ وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي

Dan tidak akan terjadi hari kiamat sampai kabilah-kabilah di antara umatku bergabung dengan kaum musyrikin, dan sampai kabilah-kabilah di antara umatku menyembah berhala. Dan sesungguhnya akan ada di tengah umatku para pendusta yang berjumlah tiga puluh, semuanya mengaku nabi. Padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku

Itulah fakta yang ada, sebagian orang sekarang, ketika berada dalam kesulitan, tidak tergerak hatinya untuk menyadari bahwa Allah-lah Penguasa tunggal yang menjadi tempat berlindung dari segala marabahaya. Apalagi ketika mereka dalam keadaan lapang dan senang. Ketika bencana semakin banyak melanda, maka semakin bersemangat pula sebagian orang memuja setan dan semakin tidak percaya kepada Allah. Padahal semakin banyak orang berbuat durhaka kepada Allah, jaminan keamanan dan ketenteraman dari Allah akan semakin sirna, bahkan tidak mustahil jika Allah justeru akan semakin banyak menimpakan bencana di dunia sebelum di akhirat. Dan bencana akhirat tentu lebih mengerikan daripada bencana dunia.

Allah Azza wa Jalla berfirman, di antaranya:

قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan (Allah) selain orang-orang yang zhalim. [al An'am/6 : 47].


Imam Ibnu Katsir menjelaskan: Sesungguhnya kebinasaan yang menyelimuti diri-diri orang-orang zhalim hanyalah disebabkan oleh kemusyrikan kepada Allah. Dan selamatlah orang-orang yang beribadah hanya kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi Allah. Maka orang-orang yang beribadah ini tidak diliputi rasa takut dan tidak pula kesedihan

Allah juga berfirman:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ

Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim, sedang penduduknya orang-orang yang melakukan perbaikan. [Hud/11 : 117]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan: Kemudian Allah Ta'ala memberitakan bahwa Dia tidak akan membinasakan suatu negeri kecuali penduduknya berbuat zhalim kepada diri sendiri. Dan Allah tidak akan mendatangkan siksa dan adzabnya kepada suatu negeri yang penduduknya melakukan perbaikan, sampai mereka melakukan kezhaliman-kezhaliman. Tentu kezhaliman terbesar adalah kemusyrikan kepada Allah seperti telah dikemukakan di atas.

Sesungguhnya mencari solusi kepada selain Allah dengan mendekatkan diri kepada setan, misalnya dengan memberikan sesajian ke tempat-tempat tertentu yang dianggap rawan karena diyakini ada yang mbaurekso (Jawa : menunggu, mengusai), atau melakukan upacara-upacara tertentu untuk meminta keselamatan kepada selain Allah, seperti ruwatan, sedekah bumi, sedekah laut dan lain-lain, adalah perbuatan syirik yang dosanya tidak akan diampuni oleh Allah kecuali dengan bertaubat.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [an Nisaa`/4 : 48]

Oleh karena itu, hendaknya orang menjauhi perbuatan-perbuatan syirik semacam itu. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ
وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ ۚ يُصِيبُ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Dan janganlah kamu memohon kepada selain Allah, apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim (musyrik). Jika Allah menimpakan suatu madharat kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[Yunus/10 : 106-107].

Sabtu, 16 Juli 2011

Istighfar, Pesan Para Nabi


Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat”. (Hud: 3)

Surat Hud yang pernah membuat Abu bakar terkejut saat melihat rambut Rasulullah saw beruban yang dijawab oleh Rasulullah dengan sabdanya, “Surat Hud dan saudara2nya telah membuat rambutku beruban”, ternyata sarat dengan perintah beristighfar yang disampaikan melalui lisan para nabiyuLlah dari Hud as, sholih dan syu’aib as.

Tercatat ada empat ayat di dalam surat ini yang menyebut perintah beristighfar, yaitu pertama ayat 3 di atas, ayat 52, 61, dan 90. Bahkan yang menarik, bahwa secara korelatif, perintah beristighfar pada ayat-ayat tersebut diawali dengan perintah menyembah dan mengabdi semata-mata kepada Allah, seperti dalam surat Hud: 2 misalnya, “Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya” (Hud: 2).

Betapa tinggi nilai perintah beristighfar sehingga selalu berdampingan dengan perintah beribadah kepadanya. Sehingga merupakan satu kewajiban sekaligus kebutuhan seorang hamba kepada Allah swt karena secara fithrah memang manusia tidak akan bisa mengelak dari melakukan dosa dan kesalahan sepanjang hidupnya. Peluang ampunan ini merupakan anugerah rahmat yang terbesar bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.

Terkait dengan hal ini, kebiasaan beristighfar mereflesikan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya dan pengakuan akan Ke-Maha Pengampunan Allah swt. Istighfar juga merupakan cermin dari sebuah akidah yang mantap akan kesediaan Allah membuka pintu ampunannya sepanjang siang dan malam. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah senantiasa membuka tanganNya di siang hari untuk memberi ampunan kepada hambaNya yang melakukan dosa di malam hari, begitu pula Allah swt senatiasa membuka tangan-Nya di malam hari untuk memberi ampunan bagi hamba-Nya yang melakukan dosa di siang hari”.

Catatan lain yang bisa dikaji adalah bahwa perintah beristighfar di dalam Al-Qur’an juga selalu beriringan dengan perintah bertaubat,” Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Munir mengemukakan rahasia penggabungan perintah beristighfar dan bertaubat pada kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an bahwa tidak ada jalan untuk meraih ampunan Allah swt melainkan dengan menunjukkan perilaku dan sikap “taubat” yang diimplementasikan dengan penyesalan akan kesalahan masa lalu, melepas ikatan-ikatan (jaringan) kemaksiatan dalam segala bentuk dan sarananya serta tekad yang tulus dan jujur untuk tidak mengulangi kembali perbuatan-perbuatan dosa di masa yang akan datang. Dalam kaitan ini, taubat merupakan penyempurna dari istighfar seseorang agar diterima oleh Allah swt.

Secara aplikatif, kebiasaan beristighfar sudah dicotohkan oleh Rasulullah saw. Tercatat dalam sebuat riwayat Imam Muslim bahwa Rasulullah (memberi pelajaran kepada umatnya) senantiasa beristighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali. Bahkan di riwayat Imam Bukhari beliau beristighfar setiap hari lebih dari 100 kali (Bukhari Muslim). Pelajaran yang diambil dari prilaku Rasulullah ini adalah bahwa beristighfar tidak harus menunggu setelah melakukan kesalahan, tetapi bagaimana hendaknya aktifitas ini berlangsung senantiasa menghiasi kehidupan sehari-hari kita tanpa terkecuali.

Para malaikat yang jelas tidak pernah melanggar perintah Allah justru senantiasa beristighfar memohon ampunan untuk orang-orang yang beriman sebagai sebuah pelajaran yang berharga bagi setiap hamba Allah yang beriman, “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala”. (Al-Mu’min: 7)

Berdasarkan kajian terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang istighfar, paling tidak terdapat empat keutamaan dan nilai dari amaliah istighfar dalam kehidupan seorang muslim:

1. Istighfar merupakan cermin akan kesadaran diri orang-orang yang bertakwa. “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Ali Imran: 135)

2. Istighfar merupakan sumber kekuatan umat. Kaum nabi Hud yang dikenal dengan kekuatan mereka yang luar biasa, masih diperintahkan oleh nabi mereka agar senantiasa beristighfar untuk menambah kekuatan mereka. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (Hud: 52). Bahkan Rasulullah dalam salah satu haditsnya menegaskan bahwa eksistensi sebuah umat ditentukan diantaranya dengan kesadaran mereka untuk selalu beristighfar, sehingga bukan merupakan aib dan tidak merugi orang-orang yang bersalah lantas ia menyadari kesalahannya dengan beristighfar memohon ampunan kepada Allah swt.

3. Istighfar dapat menolak bencana dan menjadi salah satu sarana turunnya keberkahan dan rahmat Allah swt. Ibnu Katsir ketika menafasirkan surat Al-Anfal: 33 “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” menukil riwayat dari Imam Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah telah menurunkan kepadaku dua pengaman atau penyelemat bagi umat dari azab dan bencana, yaitu keberadaanku dan istighfar. Maka ketika aku telah tiada, masih tersisa satu pengaman hingga hari kiamat, yaitu istighfar”. Bahkan Ibnu Abbas menuturkan bahwa ungkapan istighfar meskipun keluar dari pelaku maksiat dapat mencegah dari beberapa kejahatan dan bahaya.

4. Istighfar akan memudahkan urusan seseorang, memudahkan jalan mencari rizki dan memelihara seseorang. Dalam konteks ini, Ibnu katsir menafsirkan suarat Hud : 52 dengan menukil hadits Rasulullah saw yang bersabda, “Barangsiapa yang mampu mulazamah atau kontinyu dalam beristighfar, maka Allah akan menganugerahkan kebahagiaan dari setiap duka dan kesedihan yang menimpanya, memberi jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberi rizki dengan cara yang tidak disangka-sangka”. (Ibnu Majah)

Demikianlah, pesan yang disampaikan oleh para nabiyuallah kepada kaumnya sebagai salah satu solusi dari permasalahan mereka. Tentu istighfar yang dimaksud tidak hanya sekedar ucapan dengan lisan “astaghfirullah”, tetapi secara aplikatif sikap waspada, mawas diri dan berhati-hati dan bersikap dan berperilaku agar terhindar dari kesalahan. Dan jika terjermus ke dalam kemaksiatan segera sadar dan mampu bangkit dari kesalahan dengan bersungguh-sungguh bertaubat dalam arti menyuguhkan pengabdian dan karya yang lebih bermanfaat untuk umat. Allahu A’lam.


Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/istighfar-pesan-para-nabi/